"Belum ada travel restriction. WHO belum sampai ke sana, kita juga hingga kemarin belum ada yang positif," katanya di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan menurut pemeriksaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) sampai Kamis (8/5) tidak ada sampel pasien diduga terinfeksi MERS-CoV yang menunjukkan hasil positif namun masih ada beberapa sampel lagi yang masih diperiksa.
"Kasus di Medan ada dugaan secara klinis tapi belum dipastikan secara laboratorium. Masih dalam proses dan kita menunggu hasil. Bukan hanya Medan, Riau, Bali dan daerah lain yang sudah kita periksa sebelumnya, sekitar 48 kasus juga seluruhnya negatif," katanya.
Kementerian Kesehatan telah meminta Dinas Kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di seluruh daerah meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi penyebaran MERS-CoV dan beberapa di antaranya telah menyiapkan thermoscanner untuk mengukur suhu tubuh penumpang yang baru datang.
"Di beberapa KKP juga telah disiapkan klinik khusus sehingga kita minta penumpang yang memiliki gejala, secara aktif menanyakan dan memeriksakan diri ke klinik itu," katanya.
Ia juga mengimbau calon jemaah umrah yang rentan tertular penyakit, seperti yang berusia 65 tahun lebih dan ibu hamil, menunda keberangkatan ke Arab Saudi.
Orang yang mengidap penyakit kronik juga diminta berkonsultasi ke dokter sebelum berangkat ke Tanah Suci.
"Kalau terpaksa berangkat, pakai masker disarankan selama berada di sana," ujar Ghufron.
Ia juga menyarankan warga yang hendak bepergian ke Arab Saudi melakukan vaksinasi flu meski vaksin itu tidak bisa memberikan perlindungan maksimal terhadap penularan MERS-CoV.
"Tapi karena ini semacam flu, enggak ada jeleknya, malah lebih bagus jika sebelum berangkat untuk mendapat vaksinasi flu," ujarnya.
Pewarta: Arie Novarina
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014