Medan (ANTARA) - "Jiwa pergi bawa tas, nanti pulang bawa emas, Mak. Doakan Jiwa sukses, Mak."
Kalimat itu memenuhi kepala Netty Hariani ketika menyaksikan sang anak, Laksamana Jiwa, yang merupakan kontingen Sumatera Utara saat memperjuangkan impian memperoleh medali emas di cabang olahraga drum band Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Tahun 2024 Aceh-Sumut.
Dari atas tribun GOR Futsal Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara (Disporasu), Deli Serdang, Netty menyembunyikan kegugupan dan kecemasan.
Dia lebih memilih menampilkan senyum yang diikuti lambaian tangan setiap kali Jiwa berada di formasi barisan drum band yang menghadap ke arahnya. Berharap senyum dan lambaian tangan itu mampu tertangkap oleh mata Jiwa dan menambah rasa kepercayaan dirinya.
Cemas yang dirasa Netty di sepanjang momen anaknya bertanding itu akhirnya runtuh, berganti rasa bangga yang bergemuruh di dada, lalu mengundang haru yang menjelma air mata.
Netty tak kuasa menahan tangis haru ketika melihat sang anak berhasil membuktikan janjinya. Medali emas itu berhasil dikalungi Jiwa saat upacara penghormatan pemenang (UPP) drum band nomor lomba berbaris jarak pendek (LBJP) 800 meter putra dan LBJP 600 meter campuran.
Baca juga: Drum band - Sumatera Utara sapu bersih tiga medali emas pada LBJP
Bahkan, Netty masih merasa setengah percaya sang putra sulung yang masih duduk di bangku kelas XII sekolah menengah atas (SMA) itu berhasil menorehkan prestasi di kancah nasional. Bagi Netty, Jiwa tidak hanya berhasil menghadiahi medali emas itu untuk dirinya sendiri, orang tua, dan keluarga besar, tetapi juga untuk Sumatera Utara.
Sedari kecil, tutur Netty, Jiwa memang menyukai olahraga. Segala bidang olahraga dicoba olehnya, tidak terkecuali drum band. Kegiatan drum band yang memadukan antara olahraga dan seni itu mulai digeluti oleh Jiwa sejak masuk SMA. Setelah sempat aktif di tim sekolah, Jiwa semakin yakin untuk serius menggeluti drum band dengan bergabung dalam Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2023 atau saat ia masih duduk di bangku kelas XI SMA.
Proses latihan drum band bukan merupakan hal yang mudah, sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar PDBI Marsma TNI Ronny Irianto Moningka. Ia menyampaikan bahwa dalam drum band, para atlet dituntut memiliki disiplin, ketepatan, kreativitas, kekuatan fisik, dan kecepatan yang tinggi jika hendak menaklukkan cabang olahraga itu.
Hal itu juga yang membuat para atlet drum band Sumatera Utara diharuskan mengikuti pemusatan latihan untuk mengoptimalkan upaya meraih kemenangan, begitu pula dengan Jiwa. Meskipun berat meninggalkan rumah, ambisinya untuk meraih medali emas membuat Jiwa tetap berangkat untuk berlatih.
Sementara itu, sebagai ibu yang begitu dekat dengan putra sulungnya, Netty harus berurusan dengan rindu. Namun, karena ia tak ingin nyala terang impian menjadi atlet drum band berprestasi yang tampak jelas di kedua bola mata Jiwa meredup, Netty mengikhlaskan anaknya berjuang meskipun harus membayarnya dengan rindu.
“Itulah kalimat yang dia ucapkan pada saya sebelum berangkat berlatih, ‘Jiwa pergi bawa tas, nanti pulang bawa emas, Mak. Doakan Jiwa sukses, Mak,’” ucap Netty sambil menahan tangis haru.
Jiwa mengaku beruntung orang tuanya mendukung penuh kegemarannya pada olahraga. Atas keberhasilan yang dia raih itu, Jiwa berencana memberangkatkan umrah kedua orang tuanya apabila mendapatkan bonus dari pemerintah daerah. Netty pun mengakui bahwa ia akan selalu mendukung Jiwa selama yang ia lakukan adalah hal-hal baik.
Baca juga: Pelatih: Kekompakan jadi kunci Sumut raih emas drum band LBJP
Baca juga: Drum band Sumut: Jaga stamina dengan anggap lapangan itu "Kutub Utara"
Selanjutnya: Kekuatan doa
Kekuatan doa
Dalam pandangan Jiwa, doa orang tua adalah unsur utama dan terpenting yang mampu membuka langit mendengar angannya untuk meraih medali emas dalam ajang PON 2024. Jiwa tak berhenti "merayu” Tuhan lewat doa yang dipanjatkan dan dipinta dari mamak (sebutan ibu) serta ayahnya itu.
Menurutnya, dengan doa dari mamak dan ayah, ia merasa setiap langkah di hidupnya, terutama selama PON 2024 ini terasa lebih ringan. Jiwa juga meyakini doa dari kedua orang tuanya itu mampu menambah kepercayaan dirinya ketika tampil di berbagai nomor pertandingan PON.
Pada kenyataannya, meminta doa dari orang tua bukan hanya dilakukan oleh Jiwa. Sejumlah atlet drum band lainnya pun mengaku melakukan hal yang sama.
Di antaranya adalah atlet drum band dari Jawa Barat bernama Inggrit dan Armel. Mereka kompak mengaku selalu meluangkan waktu sebelum bertanding untuk menelpon orang tuanya di Jawa Barat agar pertandingan berjalan dengan lancar. Keduanya pun mengaku akan lebih merasa percaya diri ketika tampil apabila telah meminta orang tua mereka untuk memanjatkan doa.
Dari segi psikologis, psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Muthmainah Mufidah menyampaikan bahwa meminta doa kepada orang tua dalam momen-momen tertentu memang dapat menambah rasa kepercayaan diri seseorang.
Menurutnya, orang tua sebagai sistem pendukung utama (support system) seorang anak, bisa mendorong seseorang meyakini bahwa dirinya mampu menjalani beragam tantangan yang menghadangnya.
“Orang tua sebagai support system utama bagi anak bisa mendorong keyakinan bahwa kita mampu menjalani tantangan,” ucap dia.
Cara Jiwa "merayu" Tuhan untuk medali emas dengan meminta bantuan dari doa mamak memang indah, tapi barangkali yang tak kalah indah adalah hubungan harmonis ibu dan anak yang mampu membuat mimpi pun merasa malu jika tak berubah wujud menjadi nyata.
Baca juga: PB PDBI: Drum band itu perpaduan harmonis olahraga dan seni
Baca juga: PON 2024 diharapkan bikin cabang olahraga drum band semakin maju
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024