Ke depan, kami berharap ada regulasi yang mewajibkan penggunaan pakaian tradisional yang lengkap (Gagrak Ngayogyakarta). Adanya aturan ini memberikan peluang bagi peningkatan penggunaan produk keris (pendhok) dan kelengkapannya
Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan pelatihan pengembangan produk kerajinan pandai besi kepada 25 perajin di Padukuhan Kuncen, Kalurahan Bendungan, dalam rangka mendukung dan melestarikan produk budaya benda, yakni produk industri berbasis budaya.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo Sudarna di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan, pelatihan ini dalam upaya melestarikan budaya berbentuk benda yang melekat pada identitas busana Jawa.

"Ke depan, kami berharap ada regulasi yang mewajibkan penggunaan pakaian tradisional yang lengkap (Gagrak Ngayogyakarta). Adanya aturan ini memberikan peluang bagi peningkatan penggunaan produk keris (pendhok) dan kelengkapannya," kata Sudarna.

Ia berharap kepada seluruh peserta pelatihan untuk benar-benar memperhatikan dan mengikuti materi yang disampaikan oleh pelatih dan praktisi.

Menurut dia, membuat produk keris (pendhok) dengan segmentasi pasar yang tepat dan optimal seperti halnya bentuk keris souvenir merupakan salah solusi mempercepat perputaran penjualan produk.

"Berbagai tahapan kegiatan yang telah dan akan dijalani kedepannya menjadi pendorong semangat berkolaborasi antarunsur seperti, praktisi produksi baik dari sisi spesialisasi setiap bagian produk maupun kedekatan dengan komunitas keris (pendhok)," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo Ade Wahyudiyanto mengatakan pengembangan produk kerajinan pandai besi harus dilakukan.

Peserta pelatihan yang merupakan perajin pandai besi harus mampu menghasilkan produk yang bernilai seni. Kemampuan yang telah dimiliki setelah selesai pelatihan harus terus diasah dan diimplementasikan dalam bentuk produk.

"Kami berharap adanya kegiatan dengan alokasi anggaran melalui dana keistimewaan ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan keprihatinan bersama bahwa Kulon Progo masih menyandang kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi di DIY dengan angka 15,62 persen. Hal ini perlu kerja keras dan sinergitas bersama untuk keluar dari predikat tersebut," katanya.

Baca juga: Dinas Perdagangan Kulon Progo bantu sertifikasi halal pelaku IKM
Baca juga: Kulon Progo berikan bimtek perdagangan ekspor kepada pelaku IKM

Pewarta: Sutarmi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024