Tan Kiong memukau penonton juga pebiliar lain yang turut menyaksikan banyak momentum tembakan bola dengan tingkat akurasi tinggi untuk menghasilkan poin demi poin dalam pertandingan itu.

Setidaknya, ketakjuban penonton itu tercermin dari kata-kata singkat yang mereka ucapkan: ngerih, nice, perfect, mantap banget, berkelas.

Selain permainan nan apik, fakta menarik yang menambah kekaguman penonton adalah Tan Kiong sudah berusia 74 tahun. Ia merupakan pebiliar tertua dibandingkan dengan peserta lainnya dalam kompetisi biliar pada pesta olahraga nasional itu.

Bintik-bintik yang muncul di balik kulit wajah yang berkeriput menggambarkan usia yang tak lagi muda. Lengannya yang tak lagi berotot mewakili tubuh yang termakan usia.

Sisi tua pebiliar yang tampil pada nomor tunggal itu pun terlihat saat mengeksekusi bola. Tan Kiong tak pernah membungkukkan badan hingga 90 derajat, seperti dilakukan pebiliar pada umumnya, ketika membidik dan menembak bola.

Dari cara memposisikan tubuh, sepintas terkesan pebiliar itu tidak serius dalam bertanding. Namun, kesan itu akan lenyap seketika saat bola yang ditembak selalu akurat untuk menghasilkan poin.

Tan Kiong menepis keraguan penonton terhadap penampilannya di usia senja dengan sebuah prestasi gemilang: juara.

Ia menambah pundi medali emas untuk Jawa Tengah yang sebelumnya baru mengoleksi satu emas melalui pasangan Rico Dela/Rizkha Affandy yang memenangkan final nomor 15 ball double putra.


Baca juga: PON 2024 ajang pemantapan pebiliar Sumut untuk seleksi ke SEA Games


Halaman berikut; Adu ketepatan bukan kecepatan

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024