Martial Arts Arena di Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, menjadi lokasi pertama sejarah itu terukir. Lokasi yang baru dibangun secara khusus untuk PON tahun ini mendadak riuh dengan hadirnya "para naga berkepala singa" yang menari lincah dengan kaki-kaki kokoh para atlet sebagai tumpuannya.

Sang naga mengawali tariannya dengan iringan musik oriental bertempo sedang.

Komposisi musik barongsai memang sederhana, hanya ansambel musik ritmis yang alat musiknya tidak bernada melainkan memberikan ketukan yang berfungsi untuk mengatur irama atau tempo dari gerakan sang naga.

Namun siapa sangka, komposisi musik yang sederhana itu mampu menggerakkan penonton yang semula duduk kemudian beranjak berdiri kala tabuhan tambur (drum), lhin (gong) dan jik (simbal) berhasil menciptakan birama dengan tempo yang cepat. Seketika itu juga, tarian barongsai berubah gesit dan menjadi atraksi.

Pukulan simbal yang terdengar nyaring juga bukan semata untuk mengatur tempo, namun sebuah penanda bagi atlet barongsai untuk mempertegas gerakan sekaligus membangkitkan suasana.

Gerakan lincah dan tangkas dari para atlet Kontingen Aceh membuat sang naga membawa pulang medali emas dari nomor pekingsai ketangkasan dalam partai final melawan Jawa Timur.

Medali emas dari barongsai adalah bukti nyata bahwa filosofi olahraga sejatinya memang lahir dari tradisi permainan dan kesenian yang melekat dalam masyarakat.

Lewat pendekatan tradisi permainan dan kesenian, barongsai berevolusi menjadi cabang olahraga yang mengandalkan kekuatan, keterampilan, dan ketangkasan.

Kekuatan fisik menjadi tumpuan utama karena atlet harus mengangkat kepala naga berbahan bubur kertas atau pulp dengan bobot 25 kilogram. Sedangkan atlet lain di belakangnya harus memiliki keterampilan guna menjaga ritme dan gerakan naga agar sang naga terus menari.

Kemampuan fisik tiap-tiap atlet itu kemudian dibungkus dengan komunikasi dan kerja sama tim yang menjadi esensi untuk beberapa nomor cabang olahraga dalam barongsai, yakni pekingsai kecepatan, ketangkasan, penkingsai taulo bebas, dan halang rintang.

Dalam setiap nomor, atlet harus menggabungkan kekuatan fisik dengan teknik yang presisi. Ini adalah bukti bahwa barongsai tidak hanya membutuhkan seni, tetapi juga latihan fisik intensif dan mental untuk membangun tim yang kuat.

Baca juga: PB FOBI bidik barongsai Indonesia masuk SEA Games hingga Olimpiade
 
Atlet barongsai Aceh peraih medali emas, atlet Jawa Timur peraih perak, dan juara tiga bersama yakni Riau dan Sumatera Utara pada nomor Barongsai Ketangkasan foto bersama usai penerimaan medali di Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumut, Minggu (8/9/2024). ANTARA/Harianto


Halaman berikut: Inspirasi dari keberagaman olahraga

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024