Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini menjadi 5,1-5,5 persen, dari sebelumnya 5,5-5,9 persen.
"Faktor yang membuat kami merevisi pertumbuhan ekonomi, yakni revisi pada kinerja ekspor," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Agus mengatakan bahwa semula BI memperkirakan ekspor riil (barang dan jasa) dapat tumbuh 8,1--8,5 persen. Namun, pada realisasinya pada triwulan pertama 2014, ekspor riil tumbuh jauh lebih rendah, yakni 1,5--1,9 persen.
"Menurunnya ekspor riil disebabkan tiga faktor, yakni melambatnya permintaan domestik, masih rendahnya harga komoditas ekspor, dan dampak penerapan UU Minerba," ujar Agus.
Asesmen Bank Indonesia menunjukkan pemulihan ekonomi global masih berlanjut. Perbaikan kondisi ekonomi global, terutama ditopang oleh perekonomian negara-negara maju seperti AS dan Eropa, sebagai dampak stimulus moneter yang masih berlanjut.
Perbaikan kondisi ekonomi global tersebut berdampak pada kenaikan volume perdagangan dunia.
"Kendati demikian, perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di Tiongkok sejalan dengan kebijakan penyeimbangan ekonomi yang ditempuhnya. Harga komoditas juga masih cenderung menurun, khususnya pada komoditas karet, tembaga dan batubara," kata Agus.
Ke depan, lanjut Agus, Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai risiko dari perekonomian global, terutama risiko yang bersumber dari normalisasi kebijakan the Fed dan risiko perlambatan ekonomi Tiongkok.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I 2014 sendiri melambat, terutama dipengaruhi ekspor riil yang mencatat kontraksi. Pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2014 tercatat sebesar 5,21 persen (YoY), menurun dari pertumbuhan triwulan IV 2013 sebesar 5,72 persen (YoY) dan lebih rendah dari perkiraan awal Bank Indonesia.
Kontraksi ekspor riil terutama akibat penurunan ekspor pertambangan, seperti batu bara dan konsentrat mineral, antara lain karena melemahnya pemintaan, terutama dari Tiongkok dan menurunnya harga serta pengaruh temporer dari dampak kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Selain itu, konsumsi pemerintah yang melambat juga berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi.
Meski demikian, kata dia, konsumsi rumah tangga dan investasi masih tumbuh cukup baik untuk menopang pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2014.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh keyakinan konsumen yang tetap kuat dan dampak pemilu legislatif. Investasi juga sedikit meningkat ditopang oleh investasi nonbangunan yang kembali tumbuh positif, terutama investasi mesin, sedangkan pertumbuhan investasi bangunan melambat.
"Sejalan dengan moderasi permintaan domestik, impor riil juga melambat. Namun, tidak dapat mengimbangi kontraksi pada ekspor riil sehingga belum dapat memperbaiki kinerja ekspor neto," kata Agus.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014