"Mata uang rupiah kembali bergerak menguat setelah sempat bergerak melemah dengan rentang yang cukup lebar," ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto.
Menurut dia, salah satu penopang mata uang rupiah yakni Bank Indonesia yang kembali mempertahankan level tingkat suku bunga acuan (BI rate) di 7,5 persen.
"Dipertahankannya BI rate itu sesuai dengan prediksi pasar. Kebijakan itu dinilai pasar masih cukup mampu untuk menjaga inflasi menjelang bulan puasa dan Hari Raya Lebaran," paparnya.
Ia menambahkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah pada Kamis ini juga cenderung didasari oleh faktor teknikal setelah dalam beberapa pekan terakhir mata uang rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS.
"Rupiah sempat bergerak di kisaran 11.300 per dolar AS kemudian tertekan hingga sempat ke level 11.600 per dolar AS. Diharapkan sentimen ke depannya positif sehingga penguatan rupiah bisa berlanjut," kata dia.
Menurut Rully Arya Wisnubroto, beberapa sentimen yang dapat menahan penguatan rupiah yakni terkait politik di Indonesia serta konflik di Ukraina.
"Terkait politik, pelaku pasar uang cenderung wait and see terhadap calon Presiden yang akan diajukan ke KPU. Sementara konflik di Ukraina dikhawatirkan dapat membuat pasar berisiko kurang dinikmati," kata dia.
Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah 11.624 per dolar AS, melemah dibanding posisi sebelumnya 11.527 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014