Jakarta (ANTARA) - Inovasi rumah tahan gempa bumi yang dikembangkan peneliti konstruksi Indonesia diperkenalkan kepada para perwakilan negara-negara Asia dan Eropa dalam acara Asia Disaster Management and Civil Protection Expo, Conference (ADEXCO) dan Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) di Jakarta, Jumat.

Salah satunya adalah “Barrataga”, Inovasi bangunan rumah tahan gempa yang dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Islam Indonesia (UII) D.I Yogyakarta.

“Sebagaimana namanya ini merupakan sebuah inovasi dalam konstruksi rumah yang dirancang khusus untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa bumi berkekuatan besar,” kata Staf Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Mencapai Ketangguhan Bencana (SPMKB) UII, Puput, saat ditemui di lokasi acara.

Puput menjelaskan, konsep rumah tahan gempa yang dikembangkan oleh dosen senior Teknik Sipil UII, Prof. Sarwidi itu telah diujicobakan sejak 20 tahun silam. Bahkan telah berlisensi dari Kementerian PUPR dan JICA Jepang.

Salah satu keunggulan rumah tahan gempa buatan Indonesia terletak pada konstruksi tiang pancang penyangga dinding yang dibuat terhubung dari atap langsung ditancapkan ke dalam tanah.

Oleh karena itu, katanya menambahkan, bangunan rumah tersebut meskipun berjenis bangunan tembok berbingkai-beton bertulang tapi jauh lebih kokoh dan aman dibandingkan bangunan biasa ketika terjadi gempa besar.

“Dibuktikan sampai saat ini rumah yang dibangun dengan konstruksi Barrataga sejak 2006 di Pleret, Bantul, Yogyakarta masih berdiri kokoh, Saat itu Yogyakarta diguncang gempa merusak berintensitas VIII – IX MMI,” ujarnya.

Alat simulasi bangunan tahan gempa karya peneliti dari Universitas Islam Indonesia (UII) D.I Yogyakarta dalam pameran Asia Disaster Management and Civil Protection Expo, Conference (ADEXCO) dan Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) di Jakarta, Jumat (13/9/2024) (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)


Ia mengakui bahwa dalam forum ini keingintahuan masyarakat terhadap pentingnya membuat rumah yang tahan gempa untuk keselamatan meningkat menyusul kembali dieksposenya ancaman potensi gempa zona megathrust Selat Sunda oleh kalangan ilmuwan.

Baca juga: Pembangunan huntap dari BNPB di Kota Bogor capai 80 persen

Di sisi lain, peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi di zona megathrust Nankai, Jepang pada awal bulan lalu juga membuat gerai SPMKB UII menarik perhatian pengunjung mancanegara, seperti China, Filipina dan Swiss.

“Kami juga melayani edukasi informasi kepada setiap pengunjung, mereka antusias untuk tahu bagaimana rumah tahan gempa, dan gempa bahkan megathrust itu sendiri. Di sini disimulasikan menggunakan alat sederhana bangunan tahan gempa,” ujarnya.

ADEXCO merupakan pameran internasional yang menghubungkan antara perusahaan, instansi pemerintah, dan para ahli di industri untuk menjadi tempat bertukar ide, keahlian, dan informasi produk terkait manajemen bencana dan industri.

Pada ADEXCO 2024 ini melibatkan sebanyak 126 perusahaan dari 14 negara, seperti Jerman, Singapura, Brunei, dan China.

Sedangkan GFSR adalah forum pembicaraan tingkat tinggi dari delegasi negara ASEAN, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), terkait resiliensi berkelanjutan, program adaptasi perubahan iklim, dan refleksi 20 tahun bencana tsunami Samudra Hindia.

Pameran ADEXCO 2024 dan GFSR itu berlangsung pada 11-14 September 2024 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, dan terbuka untuk masyarakat umum.


Baca juga: Pemerintah syaratkan pembangunan rumah yang tahan gempa dan hijau
Baca juga: Mensos serahkan 11 bantuan rumah layak huni tahan gempa di Aceh Timur


Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024