mulai anak SMA kami lakukan pendampingan agar jangan menikah dini, karena alat reproduksi belum siap
Labuan Bajo (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Manggarai Barat, NTT mencatat hingga Juni 2024 jumlah akseptor KB aktif mencapai 23.673 orang atau 60,1 persen dari 39.373 pasangan usia subur (PUS).
 
"Jumlah ini tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat," kata Kepala DPPKB Manggarai Barat Rafael Guntur di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat.
 
Ia merinci dari 23.673 akseptor KB aktif tersebut yang menggunakan kontrasepsi metode implan sebanyak 4.087 akseptor, Intrauterine Device (IUD) sebanyak 2.457 akseptor, Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 2.002 akseptor.
 
"Sehingga total 8.546 akseptor metode kontrasepsi jangka panjang ini, akseptor yang lainnya menggunakan metode lain seperti suntik, kondom, minum pil KB dan lainnya," jelasnya.
 
Ia menjelaskan kesadaran pasangan usia subur di daerah itu untuk ber-KB dinilai cukup tinggi, sebab terdapat banyak pasangan usia subur yang belum terlayani.

Baca juga: Bantuan laparoskopi BKKBN berhasil tingkatkan akseptor KB di Bengkulu
Baca juga: BKKBN targetkan 1,6 juta akseptor KB peringati Hari Kontrasepsi Dunia
 
Ia juga mengajak pasangan usia subur yang berkisar umur 20-45 tahun di daerah itu agar ber-KB demi meningkatkan kualitas anak yang dilahirkan, mengatur jarak kelahiran anak sehingga mewujudkan keluarga sejahtera serta mengendalikan pertambahan jumlah penduduk.
 
"Harapannya tidak boleh melahirkan anak di bawah usia 20 tahun karena berisiko stunting, lalu tidak boleh jarak kelahiran anak dekat, kalau anak di bawah dua tahun dan orang tua sudah ada anak lagi maka anak kurang kasih sayang, berisiko stunting jika jarak kelahiran dekat," katanya.
 
Ia menjelaskan sebanyak 77 penyuluh KB secara konsisten melakukan edukasi dan informasi bagi masyarakat terkait pentingnya ber-KB serta edukasi kepada pelajar tingkat SMA di Manggarai Barat.
 
"Pegawai tidak jenuh berikan edukasi kepada masyarakat agar ikut ber-KB sehingga pendampingan kami sejak remaja, mulai anak SMA kami lakukan pendampingan agar jangan menikah dini, karena alat reproduksi belum siap, lalu pasangan pengantin diedukasi, misalnya tes kesehatan dulu, jangan sampai alat reproduksi terganggu atau tidak sehingga bersalin dengan baik," jelasnya.

Baca juga: Hari Keluarga Nasional, BKKBN targetkan sejuta akseptor KB sehari ini
Baca juga: BKKBN layani ratusan akseptor KB di wilayah perbatasan cegah stunting
Baca juga: BKKBN Kepri optimistis penuhi target nasional 15 ribu akseptor KB
 

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024