Jakarta (ANTARA News) - Dengan dukungan penuh penonton, pelatih cerdas dan tim yang sudah padu, tuan rumah Brazil pun diunggulkan untuk merebut gelar juara dan sekaligus mengukir rekor gelar juara keenam di Piala Dunia.
Setelah dipecundangi Belanda pada perempat-final di Pialal Dunia 2010 di Afrika Selatan, pelatih Dunga kemudian digantikan oleh Mano Menezes yang kemudian membangun kembali tim, dan memberikan debut kepada talenta-talenta muda, di antaranya Neymar, Oscar, Fernandinho dan Paulinho.
Kemudian Menezes pun menyerahkan kursi kepelatihan kepada Luiz Felipe Scolari sejak Desember 2012 lalu dan pelatih yang sukses memberi gelar juara kelima di Piala Dunia 2002 itu pun memoles tim menjadi semakin tajam.
Hanya dalam waktu enam bulan, Scolari mampu menjadikan pemain pilihan Menezes yang belum berpengalaman menjadi sebuah tim dengan kekuatan menakjubkan.
Contohnya adalah pada Piala Konfederasi 2013 lalu, sebuah turnamen yang merupakan ujicoba menjelang Piala Dunia 2014. Tuan rumah Brazil secara meyakinkan menyingkirkan Uruguay dan Italia di perempat-final dan semifinal, sebelum menghancurkan juara dunia Spanyol 3-0 di partai puncak.
Melihat statistik bahwa Brazil telah meraih tujuh kemenangan secara beruntun, atau kemenangan ke-13 dari 14 pertandingan terakhir, sudah tidak ada lagi keraguan dari pendukung mereka bahwa Brazil akan kembali mengangkat tropi juara di Piala Dunia 2014.
Namun bukan berarti tidak ada kekhawatiran kalau jangan-jangan juara Piala Konfederasi 2013 merupakan puncak dari penampilan mereka.
Sejarah membuktikan bahwa tidak ada satu tim pun yang meraih gelar juara Piala Dunia setelah menjuarai Piala Konfederasi pada tahun sebelumnya.
Tidak terkecuali Brazil yang menjuarai Piala Konfederasi pada 2005 dan 2009, tapi tersungkur secara menyakitkan pada Piala Dunia 2006 dan 2010.
Pertanyaan penting lainnya adalah, bagaimana tim mengatasi tekanan bertanding di Piala Dunia di hadapan pendukung sendiri yang tampak sudah sangat haus akan kemenangan?
Hampir seluruh anggota tim Brazil sudah punya pengalaman bertarung di kompetisi Eropa dan harapan dari para pendukung tuan rumah tampaknya akan berada di pundak mereka.
"Bebannya tentu berbeda. Bertanding membela negara akan memberikan beban lebih berat. Negara lebih penting," kata Juninho, mantan bintang lapangan tengah Vasco da Gama, Atletico Madrid dan Middlesbrough yang ikut berjasa mengantar Brazil juara Piala Dunia 2002.
Brazil sebelumnya pernah sekali menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 1950, tapi ketika itu mereka secara menyakitkan dikalahkan Uruguay di partai final.
Beban Berat
Kekalahan dari Uruguay benar-benar menimbulkan guncangan hebat di Brazil dan harapan yang terlalu tinggi untuk mengangkat tropi juara Piala Dunia 2014 di Stadion Maracana, Rio de Janeiro bisa saja kembali justru berbalik menjadi beban jika Neymar dan kawan-kawan gagal memperlihatkan penampilan meyakinkan saat menghadapi Kroasia di pertandingan pembuka.
Namun sejauh ini, para pemain masih tetap penuh percaya diri. Mereka telah mencetak 25 gol dari tujuh pertandingan terakhir dan hanya dua kali kebobolan. Lima dari tujuh tim yang mereka hadapi lolos ke Piala Dunia 2014.
"Kami mengakhiri tahap persiapan secara sempura," kata Thiago Silva setelah timnya mengalahkan Afrika Selatan 5-0 pada pertandingan persahabatan, Maret lalu.
"Kami tidak terkalahkan saat menjuarai Piala Konfederasi, kami melakukan apa yang diminta Felipao dan saya yakin kami akan melaksanakan tugas dengan baik di Piala Dunia," katanya.
Rasa percaya diri memang harus dimiliki setiap tim, tapi tetap harus disertai kerendahan hati jika tidak ingin mengulangi pengalaman pahit ketika Brazil merasa begitu perkasa saat memiliki senjata Empat R (Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho dan Roberto Carlos).
Kenyataan, Brazil ketika itu justru disingkirkan Perancis di babak perempat-final.
Scolari secara berulang kali telah menegaskan bahwa Brazil akan menjuarai Piala Dunia 2014 dan tujuh bandar judi terbesar Inggris dan Irlandia menempatkan mereka sebagai favorit.
Namun tidak sedikit juga yang berpikir bahwa sebagai tuan rumah justru menimbulkan beban sehingga mereka bisa kembali gagal.
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014