Harapan dan panggung baru

Masuknya hapkido ke tanah air, dan seiring perjalanan waktu akhirnya dapat dipentaskan di arena PON, membuat olahraga bela diri asal Korea ini menjadi harapan dan panggung baru bagi para pegiat bela diri di tanah air.

Sebagian besar atlet hapkido yang tampil di PON, telah lebih dahulu menekuni bela diri lain seperti taekwondo dan pencak silat. Namun mereka merasa menemukan tambatan hati di hapkido.

Pemenang medali emas nomor daeryun kelas kelas 47-51 kilogram putri, Cut Dini Rizka Maghtira, menyebut ia pindah haluan ke hapkido karena merasa lebih menantang.

“Saya itu awalnya ikut taekwondo. Suka saja sama hapkido karena lebih bebas, karena ada pukulan, ada bantingan juga. Lebih leluasa. Saya kebetulan lebih suka yang menantang,” kata Dini kepada ANTARA.

Di sisi lain, selain nomor pertarungan, hapkido yang juga mempertandingkan kelas seni dan keterampilan menendang yakni nak bop high jump, memberikan panggung kepada Hafidz Kurnia Ramadan. Hafidz pada PON XX Papua masih bertanding di cabang jiujitsu, sebelum kemudian pindah ke hapkido dan meraih medali emas di nomor nak bop.

Kepindahan Cut Dini dan Hafidz dari bela diri sebelumnya ke hapkido, bukan merupakan suatu pengkhianatan terhadap bela diri asalnya. Tingkat kompetitif, prospek masa depan, dan berbagai pertimbangan lain tentu telah dipertimbangkan masak-masak oleh mereka.

Memilih bela diri ataupun cabang olahraga yang cocok dan sesuai merupakan hak setiap orang. Apalagi jika pilihannya itu dapat memberikan prestasi, minimal bagi diri sendiri, terlebih mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.


Baca juga: Devi sudah bayangkan akan raih medali emas dari hapkido

Baca juga: Rahmatullah akhirnya rebut emas setelah sebelumnya mentok di perak

Baca juga: Perdana tampil di PON, Gloriya sumbang emas pertama untuk Sulut

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024