Ada sejumlah alasan pasien tidak mau jujur mengenai kondisinya. Salah satunya adalah karena takut mendengar kabar buruk
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komite Mutu dan Keselamatan RSCM/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Hervita Diatri mengatakan pasien adalah yang paling mengetahui tentang kondisi kesehatannya, sehingga tidak perlu malu saat berkomunikasi dengan tenaga kesehatan guna mendapatkan diagnosis dan terapi yang tepat.

Dalam siaran oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat, Hervita mengatakan bahwa komunikasi merupakan kunci dalam memastikan keselamatan pasien. Menurut WHO, katanya, kesalahan diagnosis bukan hanya karena dokternya tidak ahli, namun juga karena kejujuran pasien.

Menurut data, ujarnya, terdapat kesalahan diagnosis sebesar 16 persen. Apabila ada 10 pasien maka sekitar 1-2 pasien menerima diagnosis yang salah.

"Penelitian yang terakhir itu mencoba memotret dari tahun 2015 sampai 2024 ini. Jadi kita bisa lihat bahwa dalam waktu kurang dari 10 tahun angkanya masih tidak terlalu banyak berubah," katanya.

Hervita menyebutkan ada sejumlah alasan pasien tidak mau jujur mengenai kondisinya. Salah satunya adalah karena takut mendengar kabar buruk. Namun dia mengingatkan bahwa bukan berarti dengan tidak mendengar kabar apapun, artinya mereka baik-baik saja.

Baca juga: Pelibatan pasien saat diagnosis kurangi hingga 15 persen risiko bahaya
Baca juga: Komisi IX ingatkan keselamatan pasien usai dibuka impor dokter asing


Ketakutan itu, katanya, yang menyebabkan seseorang melakukan diagnosis sendiri (self-diagnosis). Dia mencontohkan, yang ditakutkan pasien itu adalah ketika mereka sakit kepala, bisa jadi hal itu adalah tumor, dan pada akhirnya menjadi stres.

"Padahal situasinya belum tentu sama gitu kan. Kan lebih baik kita tahu pun kalau memang betul bad news yang harus kita dengar. Kan siapa tahu kita bisa melakukan terapi," katanya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyebutkan bahwa penting bagi orang-orang untuk memiliki literasi yang baik mengenai kesehatannya, seperti alergi yang dimiliki, penyakit keturunan, dan lain-lain.

"Sehingga dokter juga akan bisa mencarikan obat yang tidak akan menimbulkan efek samping. Alergi atau komplikasi kepada pasien. Jadi belajar bareng," katanya.

Hervita menjelaskan bahwa dokter mempelajari ribuan, bahkan jutaan penyakit. Oleh karena itu, keluhan pasien adalah kunci utama dalam diagnosis, di mana cerita pasien, hasil laboratorium, dan data dikelompokkan guna mengetahui secara pasti jenis penyakitnya.

Dia mencontohkan apabila pasien menyertakan keluhan dan keterangannya, maka dokter mengetahui secara pasti apabila demam yang diderita adalah demam biasa atau gejala tipes.

Jika pasien tidak memberikan keterangan, maka pemeriksaan laboratorium juga menjadi lebih banyak dan mahal. Apabila pasien menceritakan semuanya, kata dia, maka diagnosisnya lebih tepat dan terapi yang diberikan juga lebih baik, sehingga tidak memberikan obat yang tidak perlu.

Baca juga: Kemenkes: Keselamatan pasien adalah tujuan utama di rumah sakit
Baca juga: Kematian ibu jadi fokus utama hari Keselamatan Pasien Sedunia

 

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024