Medan (ANTARA) - Martabak biasa dibuat di teflon. Tapi, di Sumatera Utara (Sumut), martabak dibuat di piring bukan di teflon seperti pada umumnya.

Di Sumut banyak kuliner-kuliner unik, salah satunya adalah jajanan lawas martabak piring murni yang dijajakan di pusat kuliner  Pasar Baru, tepatnya di Jalan Tjong Yong Hian.

Namanya adalah "Murni Martabak Piring." Rasa martabak ini sudah menjelajah waktu karena sangat autentik sejak 50 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1974.

Tempat penjaja kuliner khas Medan ini banyak dikunjungi pewarta di sela meliput agenda empat tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.

Saat malam dingin di kota berjuluk "Melayu Deli" ini  datang, jajanan tersebut bisa menjadi penghangat.  Menyantap martabak piring menjadi jawaban yang dilakukan banyak orang.

Benar saja, saat tiba di lokasi berjualan, aroma harum martabak piring menyeruak ke hidung. Tanpa basa-basi calon pembeli kemudian mendekat, mengamati proses pembuatannya yang unik.

Saat itu, ada 13 kompor dengan bahan bakar kayu arang yang digunakan untuk memasak martabak di sebuah piring kaleng klasik dengan warna dasar putih bermotif bunga-bunga.

Untuk memudahkan menaruh dan mengangkat, piring kaleng ditambahkan pegangan yang mirip seperti wajan penjual nasi goreng.

Ada satu juru masak yang bertugas membuat adonan dan mengambilnya ketika sudah matang. Ia dibantu dengan temannya yang bertugas menaburi topping  seperti dipilih pembeli, seperti coklat atau gula jika memilih varian polos.

Setelah adonan ditata di piring dan diletakkan di kompor, topping segera ditaburkan, tak lama  kemudian diangkat dan disajikan.

Martabak tipis dibuat dengan satu centong adonan yang diratakan ke berbagai sisi piring. Sebaliknya, untuk tebal, adonan dibiarkan matang di atas piring.

Bentuk martabak piring ini bukan sejenis martabak manis atau terang bulan yang biasa kita temukan, yang teksturnya sangat tebal, proses masaknya menggunakan api kecil dan lama.

Mungkin hanya satu menit atau bahkan kurang dari itu untuk memasak satu martabak yang tipis namun banyak digemari pembeli ini.

Ini adalah salah satu alasan kenapa piring kaleng dan bara arang dipilih karena dapat membuat suhu panas stabil sehingga proses memasak sangat cepat.
Murni Martabak Piring 1974, kuliner khas Medan yang dicoba pewarta di sela-sela meliput agenda empat tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024. Kuliner ini terletak di di Jalan Tjong Yong Hian, Pasar Baru, Medan, Sumatera Utara. (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)


Sang juru masak juga terlihat sangat lihai melayani antrean yang tak ada habisnya. Uniknya, meski dituntut untuk memasak cepat, ia masih dengan santai bercengkrama dengan teman-temannya.  Tangannya tak berhenti bergerak untuk memastikan martabak yang ditaruh di piring di atas arang matang dengan sempurna dan tidak gosong.

Dari 13 kompor yang ada, varian coklat mendominasi. Pembeli yang penasaran  langsung memesan dua rasa, coklat kacang. Dua varian rasa itu dipesan tipis dan tebal.

Sesaat kemudian sebuah snack box bertuliskan "Makanan ringan, lezat & bergizi"  diserahkan ke pembeli. Untuk alasan menjaga rasa terbaiknya, pembeli memilih makan di tempat, bukan dibawa pulang.

Aroma manis dan wangi yang khas martabak langsung menggoda. Kulit crispy-nya pada martabak tipis begitu mengkilap.

 Rasa manisnya pas dan teksturnya garing, sehingga ketika digigit menimbulkan bunyi "kriuk-kriuk" di mulut. Namun, tekstur garing martabak ini tak segaring jajanan crepes.

Untuk martabak tebal, sensasi "kriuk-kriuk" tak ditemukan karena teksturnya sedikit berisi. Rasa jenis martabak ini hampir sama dengan martabak manis pada umumnya.

Aneka menu
Murni Martabak Piring 1974, kuliner khas Medan yang dicoba pewarta di sela-sela meliput agenda empat tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024. Kuliner ini terletak di di Jalan Tjong Yong Hian, Pasar Baru, Medan, Sumatera Utara. (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)


Ada dua jenis martabak yang bisa dibeli yaitu tipis dan tebal, dengan sembilan rasa di antaranya polos, coklat, kacang, keju, coklat tambah kacang, coklat ditambah keju, keju ditambah kacang, dan coklat ditambah kacang ditambah keju.

Pilihan rasa durian, buah yang menjadi incaran di kota ini, juga ada di "Murni Martabak Piring".

Harganya sangat ramah di kantong. Jenis martabak tipis dapat dibeli mulai Rp5.000 untuk rasa polos yang hanya ditambahkan gula di adonannya. Harga paling mahal untuk jenis tipis ada di durian dan varian lengkap yang diisi coklat, keju, dan kacang yang dibanderol Rp9.000.

Sementara itu, untuk jenis tebal, harganya lebih mahal Rp1.000 dari harga varian martabak tipis. Martabak tebal polos diberi harga Rp6.000, dan seterusnya.

Lokasi dan jam buka

Murni Martabak Piring yang berada di Jalan Tjong Yong Hian ini mudah dijangkau dari mana saja karena letaknya yang berada di pusat kota.

Apabila jaraknya diukur dari Masjid Agung Sumatera Utara, Murni Martabak Piring dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu sekitar 10 menit saja dengan jarak 2,4 kilometer.

Jika masih jauh menjangkau Murni Martabak Piring, martabak piring ini dapat  ditemukan di lima cabang lainnya di Jalan Brigjen Katamso, Jalan Setia Budi, Jalan Zainul Arifin, Jalan Gatot Subroto, dan Komplek Asia Mega Mas.

Jajanan lawas ini bisa dinikmati setiap hari dengan jam buka mulai pukul 18.00 WIB sampai 23.30 WIB.

Berkunjung ke Murni Martabak Piring yang terletak di sentral kuliner malam ini juga bisa sekaligus mencicipi makanan-makanan khas Medan lain di sekitarnya.

Ada banyak makanan nikmat yang bisa dicoba di sini, di antaranya ada bihun bebek Atak, mie pangsit Tiong Sim, es cream Tom and Jerry, dan sate padang Rizqi Gunawan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024