Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI saat ini masih menjajaki berbagai skema pengadaan dan penarawan sejumlah negara yang akan mendukung program pengadaan kapal perang korvet, antara lain dari Jerman, Italia, Belanda dan Rusia. "Sekarang kita sedang mengkaji tawaran kerjasama dari pihak luar, khususnya Italia dan Jerman, untuk program pengadaan kapal perang korvet," kata Dirut PT PAL Adwin Suryohadiprodjo menjawab ANTARA News usai mengikuti rapat tiga bulanan antara Departemen Pertahanan (Dephan), Mabes TNI dan enam BUMN Industri Strategis, di Surabaya, Kamis. Ia mengatakan, saat ini masing-masing negara tersebut telah menawarkan kerjasama dalam bentuk alih teknologi dan pelatihan bagi para teknisi Indonesia tentang korvet. Tentang prosentase keterlibatan PT PAL dalam pembangunan Korvet Nasional yang hanya 30 persen dari nilai kontrak dan sistem yang ada, Adwin menjelaskan, masih berkonsentarsi pada sistem kerangka kapal (platform), sedangkan 70 persen lainya seperti sistem navigasi, kontrol senjata dan komunikasi masih terus dipelajari dan dikuasai. Adwin menambahkan, kapal korvet ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan operasi laut bebas, patroli teritorial termasuk ZEE dengan durasi tidak kurang dari 20 hari secara terus menerus. Kapal korvet ini memiliki dua fungsi operasional yaitu fungsi militer dan fungsi nasional. Fungsi militer yaitu AAW (Anti Air Warfare), ASuW (Anti Surface Warfare), EW (Elektronic Warfare) dan ASW (Anti Submarine Warfare). Sedangkan fungsi nasional meliputi patroli dan pengintaian di laut, perlindungan dan penjagaan sumber daya alam serta pencarian dan penyelamatan di laut. Kapal perang yang dibangun ini memiliki ukuran panjang 88,40 meter, lebar 12,20 meter, kecepatan 25,2 knots, diawaki 81 orang ABK. Peresmian pembangunan kapal Korvet Nasional berlangsung 8 Oktober 2004 di PT PAL Indonesia, Ujung, Surabaya, yang ditandai dengan penandatanganan Piagam Kesepakatan Bersama antara TNI AL yang diwakili Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh dengan PT PAL Indonesia (Persero) yang diwakili Dirut PT PAL Indonesia DR. Ir. Adwin H Suryohadiprojo, serta pengguntingan besi baja pertama (steel cutting) oleh Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Proyek Korvet Nasional tersebut, selain melibatkan TNI AL juga sejumlah BUMN lainnya seperti PT Krakatau Steel, PT Pindad, PT Inti, PT LEN, PT Dirgantara Indonesia, PT Inka, PT Barata, PT Pupuk Kaltim, PT. Texmaco, PT Maspion, PT Mastrada Surya Surabaya, PT Guna Elektro dan Tadaka.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006