Potensi dari Arena Pacu Kuda
Kota Takengon tak dapat dilepaskan dengan sejarah panjang pacuan kuda yang kini tetap dilestarikan sebagai pacuan kuda tradisional Gayo. Pacuan kuda tradisional Gayo merupakan salah satu pesta rakyat yang sudah ada sejak masa kolonial, Belanda.
Pacuan kuda atau yang kerap disebut "pacu kude" merupakan tradisi masyarakat Gayo, yang notabene mayoritas bekerja sebagai petani, yang pertama kali digelar pada tahun 1850. Pacu kude pertama kali digelar dengan lintasan sepanjang 1.500 km dimulai dari Wikip hingga finis di daerah Menye.
Tradisi masyarakat Gayo tersebut dilaksanakan setiap selesai panen. Memasuki tahun 1930-an, tradisi "pacu kude" yang menggunakan joki cilik berusia 10 sampai 16 tahun tersebut menjadi acara tahunan di dataran tinggi Gayo yang diselenggarakan setiap panen.
Seusai masa kemerdekaan Indonesia, tradisi "pacu kude" tetap dipertahankan oleh masyarakat dengan digelar setiap setahun dua kali yakni untuk memperingati HUT Indonesia pada bulan Agustus dan hari jadi kota Takengon di bulan Februari.
Sejarah panjang masyarakat Gayo terhadap ajang pacuan kuda tentu akan menjadi salah satu potensi yang dapat terus dikembangkan terlebih kini memiliki venue Arena Pacu Kuda Takengon yang notabene bisa dimanfaatkan untuk menjadi sarana pembinaan joki-joki kuda untuk Indonesia.
Ketua Umum Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi), Triwatty Marciano mengatakan bahwa dengan adanya venue seperti Arena Pacu Kuda Takengon maka potensi budaya masyarakat Takengon yang kental dengan pacuan kuda dapat kian ditingkatkan.
"Memang ini sesuai dengan ekspektasi kami dari awal bahwa kenapa dari Pengurus Pusat Pordasi itu memilih Takengon sebagai lokasi untuk venue pacu kuda pada saat PON XXI Aceh-Sumut 2024 ini, karena memang selain di sini adalah pacu itu sudah menjadi membudaya, venuenya pun memadai. Jadi mudah-mudahan ini akan menjadi lintasan pacu yang terbaik di Indonesia.
Triwatty Marciano mengungkapkan kondisi venue Arena Pacuan Kuda Takengon diproyeksikan dapat rampung pada Oktober mendatang. Menurut Triwatty saat ini masih terdapat sejumlah fasilitas-fasilitas yang belum lengkap dan akan secara bertahap akan dilengkapi.
Ketika ditanya kemungkinan venue Arena Pacuan Kuda Takengon untuk menjadi venue Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PP Pordasi, Triwatty mengatakan sangat terbuka akan hal tersebut. Namun Triwatty mengatakan bahwa semua itu tergantung dari PP Pordasi Pengprov Aceh mau mengajukan diri saat musyawarah nasional mendatang atau tidak.
"Nah ini tergantung nanti hasil munas yang akan datang...pada bulan November. Apabila Pordasi Aceh dan Provinsi Aceh bersedia dan juga dengan yakin meminta kepada semua anggota daripada Pordasi itu untuk mengiyakan membuat atau melaksanakan Kejurnas tahun 2025 di sini itu bisa," ujar Triwatty.
Baca juga: Ketum Pordasi sebut Arena Pacuan Kuda Takengon dapat rampung Oktober
Baca juga: Berkuda - Jakarta borong tiga emas pacuan kuda
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024