Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan, jika dirinya menjelaskan suatu hal atau sesuatu permasalahan lantaran telah muncul kritik terhadap dirinya, maka penjelasan itu jangan dianggap bahwa dirinya adalah orang yang tidak suka dikritik atau anti-kritik.
"Jika saya menjelaskan duduk persoalannya, maka hal itu tidak boleh dilihat bahwa Presiden adalah orang yang anti-dikritik," kata Yudhoyono di Istana Negara, Kamis malam, pada acara ramah tamah dan buka puasa bersama dengan para wartawan yang sehari-hari meliput acara kepresidenan.
Kepala Negara mengatakan bahwa dirinya dan pemerintah tidak pernah mempermasalahkan munculnya kritik yang dilontarkan baik oleh media elektronika maupun media cetak.
Kritik yang muncul terhadap pemerintah, menurut Kepala Negara, bisa saja menyangkut hal-hal yang belum atau tidak baik, ataupun kegagalan pelaksanaan tugas pemerintah.
Presiden mengemukakan, kritik itu tidak akan dipermasalahkan oleh pemerintah, apalagi jika kritik tersebut bertujuan untuk mengoreksi langkah para pejabat pemerintah.
"Apalagi, niat dan tujuannya adalah agar kesalahan itu tidak diulangi," kata Presiden dalam acara yang dihadiri sekitar 200 wartawan kepresidenan, serta sejumlah pimpinan redaksi media cetak dan elektronika.
Pada acara ini, Yudhoyono mengatakan pula bahwa hubungan antara dirinya dengan wartawan kepresidenan saat ini lebih banyak terikat dalam hubungan tugas dan profesi masing-masing pihak.
"Tentunya hubungan ini kurang lengkap kalau tidak disertai dengan hubungan yang lebih bersifat batiniah, serta silaturahmi," kata Kepala Negara dalam acara buka puasa bersama yang pertama kalinya selama satu minggu ini.
Kepala Negara menginginkan hubungan di antara kedua pihak adalah hubungan yang bersifat saling menyayangi atau mengandung unsur kasih sayang
Pada kesempatan ini, Presiden mengimbau, para wartawan untuk mempertimbangkan melakukan sensor secara sukarela atau
self-imposed censorship, terutama jika kejadian yang akan diberitakan itu dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan negara.
"Kalau ada sesuatu yang mengancam keselamatan negara, saya kira
self censorship bisa dipertimbangkan," kata Kepala Negara.
Kepala Negara mengacu kepada situasi di Amerika Serikat (AS) pada 1960-an, yang saat itu muncul kerusuhan dan kekacauan sehingga para wartawan mulai mempertimbangkan sensor secara sukarela jika kejadian yang akan diberitakan itu dianggap bisa merugikan kepentingan masyarakat secara lebih luas.
Presiden Yudhoyono dalam acara itu menyempatkan pula Shalat Maghrib berjamaah dengan wartawan yang biasa meliput acara kepresidenan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006