Berlin (ANTARA News) - Strategi NATO di Afghanistan harus diubah dipusatkan pada keamanan dan rekonstruksi, kata menteri pertahanan Jerman, Kamis beberapa jam sebelum parlemen yang diperkirakan akan memperpanjang missi Jerman di sana. Jerman memiliki hampir 3.000 tentara di Afghanistan utara. Para anggota parlemen diduga kuat akan memperpanjang mandat tentara itu untuk kegiatan pemeliharaan perdamaian di negara itu selama satu tahun lagi kendatipun aksi kekerasan meningkat, terutama di selatan di mana fokusnya alah memerangi gerilyawan Taliban. "Konsep itu adalah menyangkut keamanan dan rekonstruksi," kata Menteri Pertahanan Franz Josef Jung kepada televisi ZDF, Kamis. Orang harus melihat bahwa kita bukanlah pasukan pendudukan tapi kita adalah untuk membantu mereka." Jung mengatakan pasukan Jerman di utara negara itu melibatkan diri dalam sejumlah proyek pembangunan dan missi NATO di Afghanistan secara keseluruhan dapat berhasil, ini seharusnya dapat dicontoh daerah-daerah lain negara itu. "Strategi NATO harus dapat mengubah arah ini," katanya dan menyatakan bahwa Italia, Inggris dan juga AS terlibat dalam operasi di daerah-daerah lain negara itu, juga punya pandangan yang sama. Afghanistan dilanda aksi kekerasan paling serius sejak gerilyawan Taliban disingkirkan dari pemerintah tahun 20001 dan mengaku meremehkan keluatan perlawanan Taliban. Sekitar 140 tentara asing, sebagian besar Amerika,Inggris dan Kanada tewas sejak Januari. Satu pertemuan di Slovenia, Kamis diperkirakaa akan memperluas missi pemeliharaan perdamaian NATO ke timur negara itu -- satu-satunya daerah yang tidak dicakup oleh aliansi itu sekarang. Ini akan membawa 10.000 tentara AS yang ditempatkan di sana berada di bawah komando NATO dan diperkirakan akan menjamin aliansi itu lebih lentur di selatan. Jung menolak komentar-komentar yang disiarkan oleh suratkabar Bild oleh dubes Jerman di Afghanistan , Hans Ulrich Seidt , bahwa perang militer di selatan tidak dapat dimenangkan oleh NATO dan pemerintah Afghsniatan berisiko kehilangan kekuasaan atas negara itu dalam 12 sampai 18 bulan ke depan. Hanya sekitar 20.000 tentara dari 37 negara yang beroperasi di Afghanistan sebagai bagian Pasukan Bantuan Keamanan Iternasional (ISAF) yang dikomandoi NATO, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006