Ketua PMI Cabang Boyolali Syamsudin, di Boyolali, Rabu, mengatakan, pihaknya telah menyiagakan sekitar 71 relawan di Musuk dan Cepogo atau di kawasan lereng Merapi.
Selain itu, pihaknya juga sudah mengaktifkan posko penanggulangan bencana selama 24 jam penuh, pascapenetapan status Gunung Merapi waspada.
"Posko penanggulangan bencana didirikan menjadi satu di gedung PMI Boyolali," katanya.
Samsudin menjelaskan pihaknya kini sudah menginventarisir perlengkapan yang dibutuhkan untuk penanganan bencana jika sewaktu-waktu diperlukan. Sejumlah perlengkapan sudah disiapkan seperti tenda peralatan dapur umum, alat penerangan, dan sekitar 16 ribu masker.
"Kami sejak ditetapkan peningkatan status Merapi, kemudian langsung mengaktifkan posko 24 jam penuh," katanya.
"Kami juga sudah cek perlengkapan yang dibutuhkan dan siap digunakan, di antaranya tiga set tenda kompi, 20 set tenda keluarga, dua set peralatan dapur umum, dan kami masih memiliki stok 16 ribu masker," kata Syamsudin.
Simulasi
Selain itu, persiapan akibat ditetapkan status Merapi juga dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 Cepogo Boyolali dengan melakukan simulasi kesiapsiagaan sekolah jika terjadi bencana erupsi gunung yang teraktif di dunia itu.
Menurut Kepala SMPN 1 Cepogo, Hanik Shofia, pihak sekolah bersama para siswa yang berdomisili di kawasan lereng Merapi, telah melakukan langkah antisipasi yang melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PMI Cabang Boyolali.
Menurut Hanik Shofia, kegiatan tersebut dimaksudkan untuk bekal jika terjadi bencana erupsi. Para siswa dilatih simulasi penanganan bencana, khususnya bencana erupsi Gunung Merapi setiap enam bulan sekali.
"Kami melakukan latihan simulasi terakhir pada April 2014, melibatkan 692 siswa SMP setempat," katanya.
Pihaknya berharap dengan pelatihan rutin setiap enam bulan tersebut, para siswa mampu berperan dalam penanganan dasar bencana di antaranya, membantu para pengungsi saat evakuasi.
Ia menjelaskan, lokasi sekolah SMPN 1 Cepogo bukan termasuk titik kumpul atau tempat penampungan pengungsi, tetapi mayoritas siswanya tinggal di lereng Merapi atau masuk daerah rawan bencana (KRB).
Menurut dia, Palang Merah Remaja (PMR) di SMPN 1 Cepogo cukup memiliki kemampuan, mengingat mereka berhasil menjuarai lomba tingkat kabupaten. Sehingga, kemampuan mereka diharapkan dapat menjadi pendukung penanganganan bencana.
(B018/H-KWR)
Pewarta: Bambang DM
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014