Labuan Bajo (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan Harmony in the Pacific menjadi program yang tidak hanya memperkenalkan kebudayaan Indonesia, tetapi juga program belajar dan berkolaborasi dengan negara-negara tetangga di Pasifik.
 
"Kebudayaan adalah jembatan yang menghubungkan manusia dan bangsa. Melalui Harmony in the Pacific kita tidak hanya memperkenalkan kebudayaan Indonesia, tetapi juga belajar dan berkolaborasi dengan negara-negara tetangga kita di Pasifik.  Inisiatif ini memperkuat kesalingpahaman dan mendorong lahirnya karya-karya baru yang mencerminkan nilai-nilai dan warisan budaya bersama," katanya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Kamis.
 
Kemendikbudristek berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI Suva melalui program Harmony in the Pacific berkomitmen untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Pasifik melalui pendekatan kebudayaan dan warisan bersama (culture and shared heritage).
 
Program ini merupakan bagian dari visi “Pacific Elevation” yang bertujuan meningkatkan kerja sama antara Indonesia Timur dengan negara-negara di Pasifik.
 
Program ini melibatkan residensi pelaku budaya yang terdiri atas 15 seniman musik/bunyi dan 10 seniman tari/gerak dari Indonesia, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Kiribati, Nauru, dan Tuvalu.

Para peserta telah melalui proses kurasi oleh kurator yang mumpuni di bidangnya yaitu Nyak Ina Raseuki dan Josh Marcy yang juga merupakan kurator dari Pekan Kebudayaan Nasional.
 
Hilmar Farid menjelaskan, selain residensi, rangkaian kegiatan Harmony in the Pacific juga mencakup Diskusi Warisan Gastronomi dan demo memasak pada 25 September 2024 di The University of South Pacific, Suva, Fiji.
 
Diskusi ini akan melibatkan Helianti Hilman dan Chef Charles Toto, serta tokoh gastronomi dari Fiji, untuk menunjukkan kekayaan warisan kuliner yang dimiliki bersama oleh Indonesia dan negara-negara Pasifik.
 
Dalam program ini juga akan dilakukan pemutaran dan diskusi film karya sineas Indonesia.
 
Pemerintah Indonesia berharap program Harmony in the Pacific dapat menjadi jembatan penting dalam memperkuat kesalingpahaman budaya dan membangun kolaborasi berkelanjutan antara Indonesia dan negara-negara Pasifik.
 
“Melalui pertukaran seni, budaya, dan pengetahuan, kita dapat bersama-sama menjaga dan mengembangkan warisan budaya serta memperkuat kerja sama antar negara," kata Hilmar.
 
Sementara itu, residensi diselenggarakan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung di Labuan Bajo dan Maumere pada 9-17 September 2024, di mana para peserta berkolaborasi dengan komunitas seni lokal seperti VIDEOGE Arts & Society dan Komunitas KAHE.
 
Tahap kedua akan berlanjut di Suva, Fiji, 18-28 September 2024, dengan dukungan dari Fiji Arts Council. Hasil kolaborasi ini akan ditampilkan dalam dua showcase, salah satunya di acara resepsi diplomatik oleh KBRI Suva pada 27 September 2024.

Baca juga: Kemlu nilai ada persamaan antara seni musik Indonesia dan Melanesia

Baca juga: RI, negara-negara Melanesia kolaborasi seni dan budaya

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024