Jakarta (ANTARA) - Hampir dua pekan sejak dimulainya semester musim gugur di China, banyak atlet nasional China peraih medali Olimpiade Paris berkunjung ke sekolah-sekolah untuk membagikan kisah mereka kepada para murid untuk menginspirasi mereka dalam mengejar impian.

Sementara itu, beragam kegiatan olahraga juga semakin kental mewarnai kehidupan sekolah.

Para atlet Olimpiade China menyambangi sekolah-sekolah untuk menginspirasi para pelajar dengan kisah-kisah inspiratif mereka seiring dimulainya semester baru pada September ini. Sekolah di berbagai kota di China, termasuk Beijing dan Tianjin, kini memperpanjang durasi jeda pergantian kelas dari semula 10 menit menjadi 15 menit.

Atlet menembak China Sheng Lihao (19) menyampaikan pidato kepada para pelajar di Suzhou, Provinsi Jiangsu, China timur. Di Olimpiade Paris, dia merebut medali emas pertama bagi kontingen China lewat nomor air rifle 10 meter beregu campuran, bersama rekan belianya, Huang Yuting.

"Persiapan adalah kuncinya. Teruslah mencoba membuat kemajuan selangkah demi selangkah. Ini seperti menyesuaikan ruang lingkup senapan untuk mencapai target," kata Sheng, sembari berpesan untuk "Selalu percaya pada diri sendiri dan jangan pernah menyerah."

Elemen-elemen Olimpiade juga telah diasimilasikan ke dalam berbagai mata pelajaran, termasuk tinjauan sejarah Olimpiade modern China, analisis komentar terkait Olimpiade di kelas menulis bahasa Mandarin, dan wawancara dengan peraih medali emas tenis, Zheng Qinwen, yang digunakan untuk materi kelas kemampuan mendengarkan bahasa Inggris.

Juara angkat besi Olimpiade Paris 2024 asal China Hou Zhihui, dan peraih medali perunggu gulat Hong Kexin, mengunjungi sekolah-sekolah di Beijing dan Nanjing.

Mereka mendorong generasi muda untuk menjalani hidup dengan penuh semangat serta menghadapi kesulitan dengan tekad dan ketekunan.

Pada semester ini, sekolah-sekolah di Shenzhen mengadakan kelas olahraga setiap hari dan bekerja sama dengan berbagai venue olahraga dan taman umum di sekitar sekolah untuk menyediakan lebih banyak ruang bagi murid untuk berolahraga.

Menurut otoritas setempat, jumlah guru olahraga di sekolah dasar dan menengah di Shenzhen telah mencapai 11.000 orang, dengan peningkatan tahunan (year on year/yoy) sebesar 25,8 persen.

Di Sekolah Dasar Panlong di Kunming, Provinsi Yunnan, China barat daya, kepala sekolah Gao Hui memimpin para murid untuk mengingat kembali momen-momen menyentuh selama penyelenggaraan Olimpiade Paris. "Saya sangat senang melihat para atlet renang China mengalahkan saingan mereka dari Amerika Serikat dalam nomor estafet gaya ganti (medley relay) 4x100 meter putra. Momen itu sangat mendebarkan," kata Tang Ziyao, seorang murid kelas tiga.

"Kisah-kisah perjuangan mereka untuk menjadi yang terbaik dan memenangkan medali emas sangat menyentuh bagi para murid kami. Mereka merasakan semangat patriotisme, menjadikan para atlet ini sebagai teladan, dan termotivasi untuk mencapai tujuan mereka sendiri," kata Gao.

Sekolah Menengah Atas No. 161 Beijing merupakan salah satu sekolah pertama yang menerapkan jam istirahat selama 15 menit. Saat bel istirahat berbunyi, sekelompok murid langsung mengambil bola basket dan bergegas ke lapangan.

"Jeda pergantian kelas yang diperpanjang ini seperti babak perpanjangan waktu di mana saya bisa melakukan lebih banyak tembakan," kata seorang murid bernama Fan Yusen.

Selain kelas olahraga, para murid di China kini memiliki lebih banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan di luar ruangan di sekolah.

Di kota-kota seperti Beijing, Tianjin, dan Qingdao, sebuah kebijakan baru telah diperkenalkan untuk memperpanjang durasi jeda pergantian kelas dari semula 10 menit menjadi 15 menit.

Sekolah-sekolah akan membuat rencana yang disesuaikan dan terperinci untuk menambah perlengkapan olahraga yang dibutuhkan di lingkungan sekolah guna menyediakan lingkungan yang lebih sesuai bagi siswa berkegiatan selama jam istirahat, kata Komisi Pendidikan Kota Beijing.

"Selalu ada murid yang ingin bertanding dengan kami," kata Ma Shaobo, guru olahraga di sekolah itu, sembari tersenyum. "Kami tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga menjadi peserta selama jam istirahat 15 menit ini."

Liu Yu, wakil dekan Sekolah Menengah Atas No. 161 Beijing, mengungkapkan bahwa dirinya melihat peningkatan jumlah anak yang datang ke taman bermain untuk bermain bola basket, sepak bola, tenis meja, bulu tangkis, dan lompat tali. "Memang, ini menjadi tren yang positif," ujarnya.

"Kegiatan di luar ruangan dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental para murid, yang juga dapat membantu mencegah dan mengatasi masalah rabun jauh," ujar Wang Zongping, seorang profesor di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nanjing, demikian Xinhua.


Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024