Banda Aceh (ANTARA) - Ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 telah berlangsung sejak dibuka secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo pada 9 September lalu hingga 20 September mendatang.
Sedikitnya 65 cabang olahraga dipertandingkan dalam PON XXI, yang menandai kali pertama pentas multicabang nasional tersebut dilangsungkan di dua provinsi secara bersamaan.
Dari sekian banyak cabang olahraga yang dipertandingkan, beberapa di antaranya mungkin terdengar asing bagi masyarakat awam di Indonesia, salah satunya woodball.
Pada dasarnya, permainan woodball mirip seperti golf. Pemain diharuskan memukul bola kecil menggunakan mallet, sebuah tongkat yang mirip seperti palu, agar bisa meloloskannya ke dalam gate atau gawang dengan jumlah pukulan sesedikit mungkin untuk dapat memenangkan permainan.
Woodball dapat dimainkan secara individual, berpasangan, dan tim yang terdiri dari empat sampai enam pemain dalam sebuah kompetisi.
Olahraga ini memiliki dua jenis kompetisi yakni stroke competition yang berbasis jumlah pukulan dan fairways competition yang berbasis lintasan. Dalam stroke competition, pemenang ditentukan berdasarkan jumlah pukulan paling sedikit. Sedangkan untuk fairways competition, pemain yang memenangi paling banyak lintasan bakal mendapat lebih banyak poin penentu kemenangan secara keseluruhan.
Di Indonesia, atau bahkan di dunia, woodball terbilang masih berusia muda apabila dibandingkan dengan olahraga lain yang lebih populer. Olahraga woodball diciptakan oleh seorang berkebangsaan Taiwan, Ming-Hui Weng.
Uniknya, olahraga ini tercipta dari keinginan Weng membuat sebuah taman sebagai tempat berjalan santai bersama ayahnya untuk menikmati pemandangan kota Taipei.
Setelah membersihkan kaki bukit dari rumput liar, Weng menemukan sebuah lapangan yang bisa dijadikan sebagai sarana olahraga. Terlindas dalam benaknya, lapangan tersebut bisa disulap menjadi tempat bermain olahraga yang menggunakan bola.
Ia kemudian merancang sebuah permainan bola dimana yang saat dimainkan bolanya tidak perlu melayang dan cocok dimainkan di lapangan berumput.
Selain itu, olahraga tersebut juga harus ekonomis yang berarti tidak membutuhkan biaya besar serta lapangan luas untuk memainkannya sehingga Weng bisa mengajak teman-temannya bermain bersama.
Setelah dua tahun melakukan eksperimen dan berbagai pengaturan, maka terciptalah sebuah olahraga yang saat ini kita kenal sebagai woodball. Woodball kemudian menyebar ke berbagai negara dan organisasi dunia yang menaungi olahraga ini, International Woodball Federation (IWbF) berdiri pada 1999.
Baca juga: 16 provinsi perebutkan tujuh medali emas woodball pada PON XXI di Aceh
Baca juga: KONI sebut persiapan arena woodball untuk PON sesuai rencana
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024