Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat (NTB) Aidy Furqan mengatakan generasi muda punya tugas besar dalam menentukan arah pembangunan nasional dan daerah ke depan.

Oleh karena itu, generasi muda mesti memiliki empat hal untuk menjadi pemimpin, yakni jiwa visioner, mampu menjadi fasilitator, memiliki kebermanfaatan, dan kebhinnekaan global.

Baca juga: Sambut ISF 2024, Luhut berharap generasi muda ‘melek’ krisis iklim

"Khazanah Nusantara kita begitu besar, dibutuhkan tangan-tangan yang punya visi, mahir, terampil, kreatif. Generasi yang mengelola Indonesia ke depan adalah generasi yang disebut Generasi Z," kata Aidy dalam acara Temu Ilmiah Mahasiswa Bidikmisi Universitas Mataram di Auditorium Yusuf Abu Bakar, Kota Mataram, Kamis.

Hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2020, menyebutkan jumlah generasi Z di Nusa Tenggara Barat mencapai 28,62 persen dari populasi penduduk sebanyak 5,32 juta jiwa. Sedangkan generasi milenial mencapai 27,24 persen dari total populasi penduduk NTB.

Aidy menuturkan kemampuan pertama generasi muda adalah harus memiliki visi dan keahlian berpikir untuk 10 hingga 30 tahun ke depan. Visi tersebut harus relevan dengan kualifikasi keilmuan yang ada saat ini.

Selain itu, jiwa visioner mampu mengarahkan generasi muda untuk mampu bergaul dengan siapa saja, terlepas dari latar belakang keilmuan dan identitas yang berbeda-beda.

“Kemampuan yang kedua, diperlukan sumber daya manusia yang berjiwa fasilitator, mampu memfasilitasi, memiliki peran lebih,” ujar Aidy.

Baca juga: Kesadaran generasi muda terhadap kesehatan finansial meningkat

Baca juga: Pengamat: Keikutsertaan generasi muda seleksi CASN 2024 kian mendesak


Menurut dia, kemampuan itu dapat menguatkan dan menyiapkan generasi muda untuk menjawab tantangan-tantangan di depan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan ketiga.

Aidy menyebutkan bahwa kehadiran generasi muda harus membawa kesejukan dan kebermanfaatan bagi masyarakat.

"Keempat, ini yang pokok untuk negara kita. Indonesia memiliki politik luar negeri bebas aktif, tidak bisa dihindari dari pergaulan internasional. Maka, kemampuan kebhinnekaan global harus dipelajari sejak dini," pungkasnya.

Pewarta: Sugiharto Purnama dan Alifia Maulin Hafsyari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024