Yinchuan (ANTARA) - Tidur di hotel di bawah langit bertabur bintang dan menyeruput kopi menjadi tren pariwisata di gurun pasir di Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut, mendorong peningkatan jumlah wisatawan di daerah itu.
Menurut data dari Meituan, salah satu platform layanan daring terkemuka China, pencarian untuk "hotel Gurun Tengger" melonjak 470 persen dan pencarian untuk "kopi gurun" melonjak 518 persen pada awal Agustus.
Ledakan pariwisata ini tidak hanya menggenjot perekonomian lokal, tetapi juga memicu kemunculan sejumlah profesi baru yang unik, seperti barista gurun dan pemandu pengamatan bintang.
"Sebelumnya, tidak ada kopi di gurun di Ningxia, tetapi datangnya para pelancong dari kota besar mengubah hal itu," kata Li Qian, wanita berusia 24 tahun dari Kota Zhongwei, Ningxia.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Li mulai bekerja paruh waktu sebagai barista di hotel resor gurun Tengol di Gurun Tengger, yang sebagian wilayahnya meliputi Zhongwei. Selama puncak musim pariwisata, Li dan rekan-rekan sesama barista gurun bisa menyeduh hingga 700 cangkir kopi per hari.
Kampung halamannya, Zhongwei, pernah dilanda badai pasir, tetapi sejak saat itu telah mengalami transformasi. Berkat upaya pengendalian penggurunan yang ekstensif, area Gurun Tengger menyusut sepanjang 25 km, mengubah lahan yang dahulu tandus menjadi asri. Kini, Zhongwei menjadi destinasi wisata yang populer.
"Mayoritas pelanggan kami berasal dari Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen, dan mereka senang memotret untuk dibagikan di media sosial," tuturnya. Meningkatnya jumlah pengunjung yang memperkenalkan budaya minum kopi di gurun tersebut menciptakan peluang kerja baru bagi kaum muda lokal seperti Li di kampung halaman mereka.
Guna memenuhi ketertarikan wisatawan terhadap gurun dan langit berbintang, Li membuat kopi hujan meteor yang unik dengan latte art yang menyerupai langit berbintang. Minuman inovatif ini dengan cepat menjadi populer di kalangan pengunjung.
"Di Zhongwei, tak ada yang senikmat menyeruput kopi sambil memandang bintang," ujar Li, seraya mengatakan bahwa hujan meteor Perseid belum lama ini menerangi langit malam di Belahan Bumi Utara mulai 17 Juli hingga 24 Agustus.
Bagi mereka yang ingin mengeksplorasi langit malam lebih jauh lagi, terdapat aktivitas unik dengan pemandu ahli yang menanti. Jin Yanping, seorang pengamat bintang dari Ningxia yang lahir pada tahun 1990-an, bekerja sebagai pemandu pengamatan bintang di gurun. Dia memandu para wisatawan di gurun untuk menikmati luasnya semesta lewat hamparan bintang.
"Semasa kecil, saya selalu terpesona dengan misteri langit," kata Jin. Pada 2021, dia mulai bekerja sebagai pemandu pengamatan bintang dan sejak saat itu menjadi salah satu pemandu paling dicari di Gurun Tengger.
Namun, pekerjaan Jin tidak hanya sekadar mengamati bintang. Dia memberikan edukasi kepada para pelancong mengenai konstelasi, mitologi, dan astronomi, memperkaya apresiasi mereka tentang keajaiban langit malam. Di gurun Ningxia, para pengunjung dapat bersandar di gundukan pasir yang lembut, menatap galaksi, dan merasakan ikatan yang kuat dengan alam.
"Saat orang-orang memandangi langit yang penuh bintang, mereka kerap merasakan sensasi kegembiraan dan kebahagiaan," kata Jin. "Ini momen yang memungkinkan mereka meninggalkan sejenak kekhawatiran tentang kehidupan sehari-hari, meski hanya sebentar."
Zhu Ying, seorang wisatawan asal Shanghai, China timur, melancong ke Ningxia pada pertengahan Agustus untuk menyaksikan hujan meteor Perseid. "Berbaring di gurun dan menatap bintang, saya merasakan ketenangan yang mendalam. Seolah saya menyatu dengan semesta, dan semua kekhawatiran saya sirna begitu saja," ujarnya saat menuturkan pengalamannya.
Ledakan pariwisata gurun juga memunculkan beragam profesi baru lainnya, termasuk pawang unta, pelatih kendaraan off-road, dan bahkan DJ gurun, menciptakan berbagai peluang baru bagi anak muda lokal.
"Profesi-profesi baru ini tak hanya menciptakan peluang kerja baru, tetapi juga memungkinkan kita menikmati keindahan hidup di gurun," kata barista Li.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024