Brussel (ANTARA News) - Indikator-indikator utama Uni Eropa (EU) menunjukkan bahwa prospek ekonomi sedang membaik dan pemulihan menjadi kian meluas, menurut perkiraan Komisi Eropa (EC) yang dirilis pada Senin.
Pertumbuhan PDB riil dimodifikasi untuk maju 1,6 persen dan 1,2 persen masing-masing di 28 anggota Uni Eropa dan 18 anggota zona euro pada 2014, sebelum memperoleh beberapa kecepatan lebih lanjut menjadi masing-masing 2,0 persen dan 1,7 persen pada 2015, kata Prakiraan Ekonomi Eropa 2014 dari Komisi Eropa.
Berbeda dengan kemajuan tajam namun singkat pada 2010, pemulihan di Uni Eropa dan kawasan euro saat ini secara regional lebih berimbang, pertumbuhan berbalik positif di sebagian besar negara-negara anggota selama tahun lalu.
Irlandia melihat pertumbuhan lapangan kerja yang semakin kuat. Pemulihan ekonomi menguat di Spanyol dan Portugal. Di Yunani, "rebound" moderat diperkirakan akan dimulai tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan bertahan di Jerman sementara pemulihan secara perlahan berlangsung di Prancis dan Italia. Di Inggris, pertumbuhan menjadi lebih kuat.
"Pemulihan sekarang telah mengakar. Defisit telah menurun, investasi berbalik naik dan, yang penting, situasi pekerjaan sudah mulai membaik. Upaya-upaya reformasi oleh negara-negara anggota dan Uni Eropa sendiri membuahkan hasil," kata Siim Kallas, Wakil Presiden EC.
Sementara itu, inflasi diperkirakan akan tetap pada tingkat rendah untuk waktu yang lama di kedua zona tersebut.
Komisi Eropa memperkirakan harga konsumen hanya meningkat 0,8 persen di zona euro dan 1,2 persen di Uni Eropa pada tahun ini, masing-masing turun dari 1,2 persen dan 1,0 persen untuk dua wilayah dalam perkiraan Februari.
Pada 2015 inflasi diperkirakan akan tetap rendah masing-masing pada 1,2 persen di zona euro dan 1,5 persen di Uni Eropa.
Namun, risiko penurunan prospek pertumbuhan masih ada, seperti karena kehilangan kepercayaan baru dari reformasi yang berjalan lambat, dan peningkatan ketidakpastian tentang lingkungan eksternal, Komisi Eropa memperingatkan. Demikian laporan Xinhua.
(A026)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014