Tantangan reportase

Namun, bukan hanya “jurnalis dadakan” seperti Hafiza dan kawan-kawannya yang menghadapi tantangan. Bahkan para jurnalis profesional pun mengakui bahwa liputan PON Aceh-Sumut 2024 bukanlah hal yang mudah.

Meski panitia penyelenggara telah merancang jadwal pertandingan jauh-jauh hari, kenyataan di lapangan kerap kali berbeda. Banyak informasi yang simpang siur di arena olahraga, membuat tugas para pewarta menjadi lebih menantang.

Salah satu tantangan terbesar adalah ketidaksesuaian antara jadwal yang dirilis dengan pelaksanaan di lapangan.

Atlet panjat tebing kontingen Bali Desak Made Rita Kusuma Dewi di wawancarai di sela mengikuti PON XXI di Kompleks Stadion Harapan Bangsa Aceh, Banda Aceh, Rabu (11/9/2024) (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)
Situasi ini mengharuskan para jurnalis, baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru meliput multicabang untuk sigap dan fleksibel dalam menghadapi perubahan mendadak.

Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nezar Patria, juga mengingatkan kepada seluruh insan pers untuk selalu melakukan verifikasi informasi terkait pelaksanaan PON 2024.

"Sebagai jurnalis, yang harus dilakukan adalah check dan recheck. Sumber informasi sekarang tidak hanya satu, ada yang official dan unofficial, baik di media sosial maupun di masyarakat,” ujar Nezar.

Nezar juga menekankan pentingnya platform digital dalam penyebaran informasi yang akurat dan mencegah hoaks.

Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pengurus Besar PON dan media nasional, Kemenkominfo berupaya memastikan bahwa semua informasi yang diterima publik sudah terverifikasi dengan baik.

Baca juga: PB PON sebut PON di Sumatera Utara diliput 700 insan media
Baca juga: Pj Gubernur Sumatera Utara harapkan publikasi PON gaungkan persatuan


Selanjutnya: Peran media

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024