Soal bahwa ekonomi market place yang kuat saat ini, itu bisa dikombinasikan juga. Jadi tetap harus ada pasar yang bersifat fisik

Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur Mizan Group Haidar Bagir mengatakan budaya bazar atau pasar yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, harus tetap dihidupkan guna mempertahankan budaya dan ekonomi masyarakat sekitar.

“Bazar atau Bahasa Indonesia itu pasar, itu adalah satu tradisi yang sudah berumur berabad-abad. Menurut saya bisa mengembangkan ini (budaya dan juga perekonomian masyarakat). Di satu sisi, di dalam Al-Quran disebutkan bahwa setelah kamu Shalat Jumat, bertebaran lah kamu untuk mencari rezeki dari Tuhan,” kata Haidar Bagir disela-sela kegiatan Forum Diskusi Group (FGD) Peran Agama dan Budaya sebagai Sumber Inspirasi dan Praktik dalam Pemberdayaan di Jakarta, Rabu.

Pria yang sempat mengenyam pendidikan S-3 Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia ini melanjutkan bahwa kegiatan tersebut dapat di lihat di lokasi-lokasi tempat ziarah dari makam-makam wali yang tersebar di berbagai daerah.

Baca juga: BI: Teknologi digital tingkatkan efisiensi dan perluas pasar UMKM

Menurut Haidar Bagir, kegiatan tersebut dapat meningkatkan kekuatan budaya dari daerah tersebut dan juga dipercaya untuk memupuk kekuatan ekonomi lokal.

Sehingga, hal tersebut membutuhkan pengelolaan yang tepat dan juga bersifat menguntungkan masyarakat di wilayah tersebut. Karena mereka tidak hanya menghidupkan suasana, kata dia, melainkan dapat menghidupkan berbagai budaya yang ada di sekitar daerah tersebut.

“Makanya kalau kita lihat di sejarah Islam, di sekitar masjid itu muncul bazar atau pasar. Sekarang kita bisa lihat di tempat ziarah makam para wali itu selalu berkembang ekonomi masyarakat. jadi di sana ada unsur lokalitas, unsur budaya guyub, dan ada juga yang menjadi tepat pertemuan masyarakat. Tapi pada saat yang sama ada kegiatan ekonominya juga,” ujar dia.

Baca juga: INET gandeng WIFI perluas pemasaran jaringan internet di Jawa Barat

Meski perkembangan digital yang begitu kuat di era saat ini, kata dia, bukan menjadi sebuah halangan bagi siapapun. Hal tersebut bisa dikombinasikan antara daring maupun pasar luring, sehingga budaya yang berkembang berkat adanya masyarakat yang menetap bisa selalu terjaga.

“Tinggal ini dikelola dengan baik mata rantai dan manajemennya. Soal bahwa ekonomi market place yang kuat saat ini, itu bisa dikombinasikan juga. Jadi tetap harus ada pasar yang bersifat fisik. Karena budaya berkembang, kalau adanya masyarakat tinggal di satu tempat atau yang disebut masyarakat sedenter, jadi tetap ada pasar fisik dan juga virtualnya,” tutur Haidar Bagir

Baca juga: DKI libatkan akademisi dalam kegiatan seni dan budaya

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024