Jakarta (ANTARA) - Pompa air tenaga surya yang khusus untuk perusahaan pertambangan hadir di Indonesia untuk pertama kali guna mendukung upaya pemerintah mengurangi emisi karbon.

"Pompa deep well (sumur dalam) Wilo-Actun ZETOS bertenaga surya dirancang khusus untuk pengelolaan air di sektor pertambangan," kata Direktur PT Wilo Pumps Indonesia David Haliyanto di Jakarta, Rabu.

Kehadiran alat tersebut tidak lepas dari Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030.

Saat ini, kata David, industri pertambangan dianggap sebagai salah satu pengguna energi terbesar dan kurang ramah lingkungan.

"Kami percaya teknologi ini mampu menjawab tantangan sektor pertambangan dalam mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon tanpa mengorbankan kinerja," kata David.

Sementara itu, Kepala Pengembangan Produk Rizky Rachmadi mengatakan produk semacam itu baru pertama kali ada di Indonesia, walau sudah banyak digunakan di Australia.

Walaupun harganya lebih mahal dari pompa dengan menggunakan diesel, kata Rizky, namun peralatan asal Jerman dengan inovasi baru tersebut mempunyai beberapa keunggulan. Harga alat tersebut sekitar Rp6 miliar.

Keunggulannya, untuk menghasilkan debit air dan kedalaman sedot yang sama, diperlukan listrik yang rendah, tidak perlu mengeluarkan biaya bahan bakar, mengurangi emisi karbon hingga 94 persen serta relatif lebih mudah perawatan.

Yang tidak kalah penting, kata Rizky, jika carbon trade (perdagangan karbon) diterapkan maka perusahaan bisa mendapat pendapatan lain.

"Jika carbon trade diterapkan, maka perusahaan yang menghasilkan emisi karbon di atas yang ditetapkan akan membayar kepada perusahaan yang menyerap emisi atau emisinya kecil," sebutnya.

Baca juga: Teknologi pompa ramah energi dinilai dukung keberlanjutan lingkungan
Baca juga: Teknologi digital dinilai mampu hadapi tantangan manajemen air di RI
Baca juga: Wilo Indonesia gandeng klub Dortmund gelar coaching clinic di Jakarta

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024