Yogyakarta (ANTARA News) - Semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur menurut sebagian ahli geologi bisa ditanggulangi dengan teknologi yang ada, tetapi sebagian geolog berpendapat kekuatan alam itu tidak dapat ditanggulangi dengan teknologi apapun. Dua pendapat tersebut mengemuka dalam pertemuan para geolog di Jakarta, Rabu (27/9), yang diprakarsai Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), kata pakar geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ir Agus Hendratno MSc kepada ANTARA di Yogyakarta, Kamis. Ia mengatakan, pendapat yang berkeyakinan ada teknologi untuk menanggulangi semburan lumpur itu, juga didasari berbagai pemahaman dan pertimbangan terkait dengan bencana lumpur tersebut. Sedangkan pendapat yang mengatakan semburan lumpur di Porong adalah mud vulcano (kawah gunung lumpur) yang merupakan kekuatan alam yang tidak mungkin bisa diatasi dengan teknologi apapun, juga mengingatkan akan sia-sia upaya penanggulangan yang terus dilakukan selama ini, sekarang dan mendatang. Biaya besar yang dikeluarkan untuk menanggulangi semburan lumpur itu akan percuma, karena kekuatan alam ini memang tidak mungkin bisa `dilawan`. Menurut Agus Hendratno yang juga hadir pada pertemuan itu, tarik ulur pendapat dari para geolog tersebut bukan menjadi masalah dan merupakan hal yang wajar, karena semuanya diserahkan kepada pemerintah serta pemegang otoritas yaitu Lapindo Brantas Inc, untuk memilih solusi yang paling tepat, meski hasilnya belum tentu memuaskan. Ia berharap semua upaya yang telah ditempuh dalam menanggulangi semburan lumpur di Porong bisa menjadi proses pembelajaran untuk menuju penyempurnaan langkah guna meraih keberhasilan. Untuk itu, dia sependapat dengan perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar lumpur Porong segera dibuang ke laut, mengingat kapasitas pond (kolam penampungan) sangat terbatas, dan bahkan tanggulnyapun sering jebol, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana pada musim hujan nanti. "Memang perlu langkah pasti dari pemerintah dalam menanggulangi lumpur Porong, di samping menyadari bahwa kekuatan alam tersebut sangat sulit diatasi, dan tidak ada yang tahu kapan berakhirnya semburan lumpur itu," katanya. Menurut dia, hal-hal seperti itu perlu dipahami warga setempat, sehingga mereka bisa diajak berfikir jernih dengan kepala dingin oleh pemerintah serta pihak lain yang berkompeten, guna melangkah ke tujuan demi keselamatan semua khususnya warga sekitar semburan lumpur Porong. Segera Diungsikan Seperti telah diberitakan, Dewan Pakar Propinsi Jawa Timur mengajukan skenario kepada Gubernur Jatim Imam Utomo, bahwa luapan lumpur di Porong tidak bisa dihentikan selama sekitar tiga tahun, karena itu warga yang masih bertahan di dekat tanggul perlu segera diungsikan. Anggota Dewan Pakar Propinsi Jatim yang juga Dosen Institut Teknologi Surabaya (ITS) Dr Daniel M Rosyid mengemukakan hal itu di Kantor Pemprop Jatim di Surabaya, Selasa lalu, usai memberikan masukan tentang luapan lumpur Porong ke Gubernur Jatim bersama sejumlah anggota Dewan Pakar lainnya, dengan didampingi sejumlah kepala dinas terkait di Propinsi Jatim. "Yang terpenting sekarang adalah bagaimana mengkomunikasikan bahwa lumpur itu tidak bisa dihentikan. Kalau dalam waktu tiga tahun tidak bisa dihentikan, maka sekitar 10 ribu kepala keluarga harus dipindahkan, dan kira-kira tol harus dikorbankan, kemudian lumpur digiring ke arah timur menuju laut secara pelan-pelan, sampai lumpur bisa ditaruh di dekat hutan bakau," kata dia. Dewan Pakar berpendapat seperti itu, karena mempunyai asumsi semburan lumpur tersebut sudah menjadi mud vulcano (kawah gunung lumpur), bukan lagi sekedar underground blowout. "Kalau sudah mud vulcano, tidak ada yang bisa menghentikan, jadi lebih baik diterima sebagai suatu kenyataan. Kita relokasi penduduk, kemudian kita lokalisir lumpur pada lokasi yang sekarang," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006