Dinamika perubahan iklim, dan tsunami di Samudera Hindia 20 tahun silam yang melanda negara Asia termasuk Indonesia, turut melengkapi kompleksitas potensi bencana di negara kepulauan ini
Jakarta (ANTARA) - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) menilai Indonesia berpeluang menjadi pusat studi kebencanaan global.

Kepala Kantor Regional UNDRR untuk Asia dan Pasifik, Marco Toscano-Rivalta mengatakan bahwa hal itu dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang kompleks serta komitmen kuat negara ini dalam membangun ketahanan terhadap bencana.

"Pengalaman, dan komitmen lokal dalam membangun ketahanan bencana bersama ini yang menguatkan keyakinan itu," kata Marco saat ditemui dalam pembukaan pameran Asia Disaster Management and Civil Protection Expo, Conference (ADEXCO) dan Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) di Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan bahwa dinamika perubahan iklim, dan tsunami di Samudera Hindia 20 tahun silam yang melanda negara Asia termasuk Indonesia, turut melengkapi kompleksitas potensi bencana di negara kepulauan ini.

UNDRR sendiri menilai setiap pengalaman Indonesia menghadapi bencana itu direfleksikan secara baik, hingga terus memacu pengembangan inovasi teknologi untuk melindungi masyarakat dari bahaya bencana.

Merujuk data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia mengalami sebanyak 5.400 kejadian bencana yang 95 persennya merupakan bencana hidro-meteorologi sepanjang 2023. Meski angka kejadian bencana tersebut naik 52 persen dari tahun sebelumnya namun, BNPB menyatakan jumlah dampak kerusakan dan korban jiwa dapat ditekan secara drastis salah satunya melalui inovasi teknologi.

Baca juga: Indonesia orbitkan 25 praktisi kebencanaan ASEAN berkiprah di global
Baca juga: Peneliti optimistis Indonesia jadi pusat studi kebencanaan global 2045


“Saya katakan, dan itu sudah berjalan baik di Indonesia,” ujarnya.

Maka dengan demikian, Marco menyebutkan bahwa ajang internasional seperti ADEXCO dan GFSR ini menjadi penting sehingga upaya-upaya yang telah dilakukan oleh negara-negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia dan Filipina, dalam melindungi masyarakat setempat dari bencana dapat dipelajari secara lebih luas oleh masyarakat global.

"Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat memberikan dampak positif untuk membangun kepercayaan menghadapi risiko bencana dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim," ujarnya.

ADEXCO 2024 merupakan pameran internasional yang menghubungkan antara perusahaan, instansi pemerintah, dan para ahli di industri untuk menjadi tempat bertukar ide, keahlian, dan informasi produk terkait manajemen bencana.

Sedangkan GFSR adalah forum untuk membahas berbagai topik mengenai resiliensi berkelanjutan melibatkan para pimpinan lembaga dan ilmuwan.

Pameran ADEXCO 2024 dan GFSR berlangsung mulai dari 11- 14 September 2024 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Dalam ajang tersebut juga diselenggarakan pembicaraan tingkat tinggi dari delegasi negara ASEAN terkait program adaptasi perubahan iklim dan refleksi 20 tahun bencana tsunami Samudera Hindia.

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi LiDAR guna petakan bencana hidrometeorologi
Baca juga: Geofisika Unhas tingkatkan literasi kebencanaan siswa di Selayar


Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024