Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memamerkan memorabilia koleksi rekaman langka dan peralatan siaran milik Mas Yos, seorang pionir rekaman musik dan radio tahun 60-an.

Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf Syaifullah Agam menyampaikan bahwa pameran tersebut merupakan bagian dari peluncuran buku biografi berjudul "Panggil Saya Mas Yos".

"Jika kita ingin memahami bagaimana industri musik Indonesia bisa berkembang menjadi sebesar sekarang, kita harus memulai dari Mas Yos," kata Syaifullah Agam di Jakarta, Rabu.

Syaifullah Agam menyampaikan bahwa melalui keberanian dan visi pria yang memiliki nama asli Suyoso Karsono tersebut, akhirnya tercipta infrastruktur yang memungkinkan musik dan budaya populer Indonesia berkembang.

Baca juga: Buku "Panggil Saya Mas Yos" diluncurkan pada Hari Radio Nasional

Baca juga: RRI hadapi era digital lewat aplikasi hingga kecerdasan buatan


Mas Yos juga dijuluki "The Singing Commodore" lantaran hasrat dan minat kuatnya terhadap musik ketika dia masih sebagai perwira AURI.

Menurut Agam, Mas Yos telah memberikan dampak signifikan pada sejarah perjalanan musik di negeri ini.

Ia telah mengawali ekonomi kreatif dalam dunia musik pasca kemerdekaan Republik Indonesia di dunia rekaman piringan hitam sejak tahun 1951 hingga sekarang dengan label rekaman piringan hitam Irama, J&B, dan Elshinta, serta radio komersial Elshinta Broadcasting System serta radio Suara Irama Indah.

Ia juga dikenal sebagai produser, penyanyi, penyiar dan pengembang bakat yang merekam para penyanyi dan musisi legendaris di negeri ini. Sebut saja di antaranya adalah Nick Mamahit, Sam Saimun, Nien dan Jack Lesmana, Bubi Chen, Nurseha, Titiek Puspa, Mus Mualim, Bing Slamet, Rachmat Kartolo, Joppie Item, Orkes Gumarang, Orkes Arulan, Oslan Husein.

Tidak hanya itu, Mas Yos juga pernah berkolaborasi dengan Waldjinah, Marini, Henny Poerwonegoro, Lilies Suryani, Koes Bersaudara, Usman Bersaudara, Bob Tutupoly, Kris Biantoro, Aida Mustafa, Widyawati (Trio Visca), Dara Puspita, Harvey Malaihollo, The Elshinta Hawaiian Seniors, Masnait Group, dan masih banyak lagi.

"Mas Yos adalah sosok visioner yang berjasa besar dalam perkembangan industri kreatif Indonesia, khususnya di bidang musik dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)," ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno bersama Elshinta Suyoso dalam acara peluncuran buku "Panggil Saya Mas Yos" dan pameran yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (11/9/2024). (ANTARA/Adimas Raditya)

Tidak hanya di bidang musik, Mas Yos juga menjadi pelopor di dunia radio. Pada tahun 1966, dia mendirikan Radio AM Elshinta, radio swasta komersial pertama di Indonesia yang kemudian menjadi ikon media penyiaran dengan berbagai program off-air, relay internasional dari BBC UK, VOA US, dan Hilversum Belanda.

Penyiarnya pun tokoh-tokoh ternama seperti Jenderal (Purn.) Hoegeng I. Santoso, Mien Uno, Tuning Sukobagyo, Nien Lesmana, Rudy Gontha, masih banyak lagi.

Mas Yos melanjutkan inovasinya di bidang radio dengan mendirikan Radio Suara Irama Indah pada tahun 1974, stasiun radio FM komersial pertama di Indonesia dengan kualitas stereo, yang menjadi pelopor dalam memutarkan lagu-lagu terkini di kalangan pendengar muda.

"Pameran yang digelar di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta Pusat ini akan tersedia untuk publik hingga sepekan ke depan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan langsung jejak warisan yang Mas Yos tinggalkan," katanya.

Baca juga: Hari Radio Nasional, ini beda radio dan podcast

Baca juga: Sejarah di balik Hari Radio Nasional 11 September

Baca juga: Sebelum Valentine, ada peringatan Hari Radio Sedunia

 

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024