London (ANTARA News) - Masyarakat Inggris meminati lukisan batik, karena pameran lukisan batik yang digelar di lingkungan Lancaster University, Lancaster, Inggris tampak dikunjungi banyak orang.

"Pameran diadakan di Lancaster Environment Centre selama 1,5 bulan hingga 15 Juni mendatang," kata pengamat batik yang pengajar batik di Inggris, Haikal Bekti Anggoro, kepada Antara London, Minggu.

Kegiatan "Indonesian Batik Paintings Exhibition" yang digelar Esti Mardiani-Euers, pelajar asal Indonesia, itu menampilkan koleksi lukisan batik kontemporer Indonesia asal Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Kegiatan mahasiswa untuk mempromosikan Indonesia di Inggris Raya itu aktivitas sampingan dari Esti Mardiani-Euers yang menjadi seorang peneliti di bidang water engineering dan dosen di bidang statistik.

Sebelumnya, Esti kerap mengadakan pameran batiknya di pusat kota Lancaster, yaitu di Ashton Memorial, Williamson Park, serta Gregson Centre.

Lancaster University merupakan universitas terbaik di UK dan nomor 10 di dunia untuk kategori universitas berusia di bawah 50 tahun.

"Suatu kehormatan bagi saya untuk diundang mengadakan pameran di kampus berkelas dunia ini," ucap Esti Mardiani-Euers.

Kota Lancaster sendiri terletak di Barat Laut Inggris, dan merupakan kota bersejarah di Inggris yang menahan gempuran bangsa Skotlandia selama berabad-abad.

Kastil yang masih berdiri gagah di pusat kota sendiri merupakan kastil milik ratu Inggris, Queen Elizabeth II.

Menurut Esti Mardiani-Euers, minat akan karya seni seperti batik menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat, mengingat mengkoleksi benda seni dapat dikategorikan sebagai kebutuhan tersier.

Dulu, minatnya sangat tinggi sebelum resesi 2007-2008 melanda UK, lalu trend sempat menurun sebelum sekarang kembali meningkat setelah ekonomi mulai membaik.

Esti Mardiani-Euers memiliki minat di bidang batik karena keluarganya yang bergelut di industri tersebut. Ia dan kakaknya merupakan pelukis batik, serta kerap berkunjung ke desa-desa mencari bakat-bakat terpendam para pelukis batik yang belum dipasarkan secara baik.

"Mereka kurang paham bagaimana teknik marketing hasil karya mereka, padahal di sini orang-orang menawar untuk membeli lukisan mereka seharga jutaan rupiah," ujar Esti.

Esti Mardiani-Euers merupakan lulusan Lancaster University bergelar Doktor dengan penelitian di bidang pembangkit listrik tenaga air dengan skala piko, yaitu lebih kecil dari mikro.

Bidang penelitiannya sendiri sangat dapat diaplikasikan di Indonesia untuk menerangi desa-desa terpencil. Minatnya akan batik merupakan hobi yang ia geluti untuk mengisi waktu luang di sela kesibukannya.

"Saya coba luangkan waktu untuk selalu mempromosikan Indonesia, dan melalui kapasitas saya sebagai penggemar batik," ujarnya.

Peluang bisnis batik di Inggris memang terbuka besar. Tidak hanya sebagai pakaian, namun sebagai lukisan, aksesoris, dan hiasan rumah.

"Jika hanya dijadikan kemeja atau gaun, batik hanya laku ketika musim panas, karena di musim-musim lainnya akan terlalu dingin untuk mengenakan batik," ujar Haikal Bekti Anggoro, mahasiswa yang juga pengajar batik di Inggris.

"Melihat pameran lukisan batik yang mendapat antusiasme yang tinggi menunjukkan banyak cara lain untuk membawa batik ke Inggris, bukan sekedar baju saja," tambahnya.

Pameran ini juga dibuka bersamaan dengan pelaksanaan Britain Goes Batik dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di UK, sebuah gerakan untuk mengenakan batik setiap tanggal 2 di setiap bulannya dan juga kebetulan bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional.

Selain itu, pameran ini dijadikan acara pemanasan untuk meningkatkan animo masyarakat kota Lancaster menjelang acara "Indonesian Night" di pusat kota Lancaster yang akan digelar pada 10 Mei mendatang.


(H-ZG/E011)

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014