Jakarta (ANTARA) - Psikolog Halina Maulidha, M.Psi, Psikolog mengungkapkan bahwa pengaruh media sosial dan merupakan pemicu remaja rentan terpengaruh hal buruk atau negatif.

“Remaja rentan terpengaruh hal buruk salah satunya karena kurang percaya diri. Biasanya ada pengaruh dari pola asuh yang menganggap anak ini jadi remeh," kata Halina dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

Selain itu, terjadinya permusuhan, mencari perhatian, pengaruh media sosial (medsos) dan kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku diri juga menjadikan remaja rentan terpengaruh hal buruk.

Karena itu, katanya pada kegiatan yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta tersebut, banyak remaja yang melakukan hal-hal negatif ternyata dilatarbelakangi karena inginnya diperhatikan orang tua dan sebagainya.

Baca juga: Perubahan perilaku akibat stres tanda remaja perlu bantuan orang lain

Walaupun tampak seperti pelaku, kata Halina, namun remaja-remaja yang melakukan hal negatif juga merupakan korban dari pola asuh yang kurang maksimal.

"Pelaku 'bullying' biasanya korban 'bully' juga. Biasanya, dia sendiri dulunya merasa di-'bully'. Karena tidak selesai masalahnya pada saat jadi korban, dia mendapat lingkungan baru dan berusaha jadi superior di lingkungan tersebut dan jadi pelaku,” kata Halina.

Menurut Halina, hal ini umum di kalangan 
remaja sebab remaja sedang mencari jati diri. Para remaja pun biasanya ingin diakui oleh lingkungan dan ingin menjadi sesuatu serta diapresiasi.

Karena itu, remaja perlu waspada terhadap dirinya sendiri, lingkungan pertemanan hingga sosial media dan "game online". "Sebab, dari sinilah para remaja bisa terpengaruh hal-hal negatif," katanya.

Baca juga: Waspadai perubahan perilaku indikasi masalah mental pada remaja

Untuk menghindari hal tersebut, Halina mengatakan penting bagi para remaja untuk diarahkan agar mengenali dirinya sendiri. Misalnya dengan melakukan aktivitas hal-hal yang mereka sukai.

“Pada dasarnya kita adalah desainer untuk diri kita sendiri. Kalau mau remaja menjadi konsep diri yang positif, maka berikan stimulus dan ikuti aktivitas positif lainnya. Pada dasarnya anak remaja membutuhkan kita,” kata Halina.

Halina juga mengimbau agar orang dewasa atau orang tua tidak langsung melabeli anak dengan hal-hal negatif.

Sebaiknya, kata Halina, para orang tua juga bisa mengoreksi diri apakah sudah tepat berkomunikasi dengan remaja hingga apakah cara memberikan stimulus pada anak remaja sudah tepat dilakukan.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024