Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meningkatkan layanan penanganan Tuberculosis Multi Drug Resistance (TB MDR), luka bakar terpadu dan stroke di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
 
Hal itu dikatakan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono saat berkunjung ke layanan penanganan TB MDR, luka bakar terpadu dan stroke di RSUD Tarakan Jakarta.l pada Rabu.
 
"Saat ini layanan sudah bisa digunakan di RS Tarakan. Jadi data yang ada mengenai TBC di DKI cukup tinggi, artinya namanya TBC manusia yang bergerak hilir mudik," kata Heru.
 
Menurut Heru, salah satu penyebab kasus TBC meningkat di Jakarta karena banyaknya masyarakat yang bekerja di luar Jakarta. Karena itu perlunya kerja sama antar wilayah di luar Jakarta untuk penanganan TBC.
 
"Jadi tidak hanya bisa tertular berada di Jakarta saja, tapi kita tidak tahu mereka beraktivitas dimana-mana. Maka dari itu perlu kerja sama sekali lagi wilayah Jakarta dengan daerah lainnya, seperti Bekasi, Depok, Tangerang," ujar Heru.

Baca juga: Layanan kesehatan bertambah dapat tekan kasus Tuberkulosis di Jakut
 
Selain itu, Heru menyebutkan kasus TBC tahun 2023 mencapai 60 ribu penderita. Melihat angka tersebut, Heru mengimbau masyarakat untuk taat dan patuh dalam menjalankan pengobatan jika terjangkit TBC.
 
"Tahun 2023 data yang ada untuk mengatasi TB adalah 60 ribu kasus penderita TB. Nah ini kenapa, yang pertama TB itu harus dirawat dengan kurun waktu tertentu minimal enam bulan. Ini sangat tergantung dari disiplinnya pasien," kata Heru.
 
Heru menjelaskan, setelah terkena TBC, penderita wajib mengonsumsi obat yang diberikan dokter selama enam bulan. Lalu penderita menjalankan kontrol secara rutin dan perlunya kesadaran serta kedisiplinan untuk bisa berobat.

Baca juga: Kampung Siaga TB perlu jejaring dan kader terlatih
 
Karena itu, dengan adanya layanan khusus penyakit TBC di RSUD Tarakan, Heru berharap dapat membantu dan melayani masyarakat.
 
"Semoga pengembangan rumah sakit ini dengan peralatan yang cukup baik bisa dimanfaatkan untuk masyarakat menuju masyarakat yang sehat," kata Heru.
 
Adapun pelayanan rawat inap Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) di RSUD Tarakan memiliki kapasitas 10 tempat tidur yang terdiri dari delapan tempat tidur ruang rawat biasa dan dua tempat tidur ruang rawat intensif.

Fasilitas itu dilengkapi dengan ventilator, bedside monitor dan ruang tindakan khusus untuk TB RO. Misalnya, untuk tindakan fungsi pleura atau pemasangan "chest tube".

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024