Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Kamis pagi, melemah 20 poin menjadi Rp9.215/9.220 per dolar AS dibandingkan dengan posisi hari sebelumnya pada level Rp9.195/9.210, menyusul spekulasi beli dolar AS dari pelaku pasar. "Rupiah kembali terkoreksi setelah hari sebelumnya menguat, akibat spekulasi beli dolar AS oleh pelaku pasar, meski mata uang asing itu stabil terhadap yen, " kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, rupiah masih mendapat tekanan pasar regional, akibat menguatnya harga minyak mentah ringan AS menjadi 63 dolar AS per barel setelah sebelumnya terpuruk hingga dibawah level 60 dolar AS. Kenaikan harga minyak mendorong harga saham energi di pasar regional menguat, namun indeks Nikkei Jepang merosot sebesar 0,09 persen yang menekan rupiah terkoreksi, katanya. Meski demikian, lanjut Kostaman, pelaku asing masih ragu-ragu dengan prospek ekonomi AS, yang merupakan pasar potensial bagi negara-negara Asia, terutama Jepang, meski data indeks Kepercayaan Konsumen AS menguat tajam pada September 2006. "Pelaku pasar juga masih memperhitungkan inflasi AS yang dinilai masih mengkhawatirkan," ujarnya. Melihat kondisi ini, menurut dia, rupiah masih berpeluang untuk menguat. Turunnya rupiah pada sesi pagi hanya merupakan koreksi saja, pada sore nanti kemungkinan akan bisa menguat, apalagi dengan masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar. "Kami optimis pasar akan kembali positip terhadap rupiah, sehingga mata uang lokal itu menguat hingga di bawah level Rp9.200 per dolar AS," katanya. Apalagi melihat harga tertinggi dan terendah dolar AS berada pada kisaran sempit, sehingga memberikan gambaran bahwa penurunan rupiah merupakan hanya aksi ambil untung (profit-taking) belaka. Karena itu, peluang rupiah untuk menguat cukup besar pada sore nanti didukung oleh kinerja ekonomi makro Indonesia yang cukup bagus, demikian Kostaman. (*)

Copyright © ANTARA 2006