Kebijakan dan tindakan terkait perubahan iklim seringkali belum mempertimbangkan secara memadai kebutuhan dan kerentanan perempuan yang mengakibatkan ketidaksetaraan dalam akses.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memandang pentingnya kesetaraan gender dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

"Perubahan iklim tidak netral gender. Perubahan iklim dan bencana adalah isu sosial yang dampaknya dirasakan berbeda antara perempuan dan laki-laki. Perubahan iklim memperburuk kondisi kesenjangan yang ada," kata Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Sosial dan Budaya KemenPPPA Eko Novi Ariyanti dalam diskusi di Jakarta, Selasa.

Hal ini penting karena menurut Eko Novi Ariyanti, perempuan lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim karena perempuan seringkali masih diharapkan untuk menjalankan peran-peran tradisional seperti mengurus rumah tangga, merawat anak, dan mengelola sumber daya alam.

"Perempuan seringkali memiliki akses yang terbatas pada sumber daya, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan formal yang layak sehingga menyebabkan perempuan sulit beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim," katanya.

Baca juga: KemenPPPA: Penting perempuan jadi agen perubahan dalam kebijakan iklim

Baca juga: Revolusi digital dan perubahan iklim ubah lanskap pembangunan


Perempuan juga lebih sulit untuk menghindari bahaya banjir, badai, atau kekeringan.

Selain itu, perempuan yang tinggal di daerah miskin akan lebih rentan karena kurangnya akses terhadap infrastruktur yang kuat, layanan kesehatan yang memadai, dan sumber daya untuk menghadapi perubahan iklim.

"Kebijakan dan tindakan terkait perubahan iklim seringkali belum mempertimbangkan secara memadai kebutuhan dan kerentanan perempuan yang mengakibatkan ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan layanan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim," kata Eko Novi Ariyanti.

Untuk itu, dalam strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional menekankan sejumlah upaya, yakni tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, akses yang sama dalam berbagai bidang pembangunan, aktif dalam partisipasi dan kontrol atas pembangunan, dan kesetaraan di berbagai bidang pembangunan.*

Baca juga: Bergegas menunda maut dari perubahan iklim melalui bermacam inovasi

Baca juga: Perdagangan karbon dorong pembiayaan perubahan iklim

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024