Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Kao Kim Hourn menilai bahwa lembaga pemikir dan lembaga akademisi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan menyempurnakan Visi Komunitas ASEAN.

"Secara konsisten saya menekankan peran penting kepemimpinan intelektual dan penciptaan ide inovatif dalam memajukan tujuan integrasi regional ASEAN. Kehadiran mereka di KTT ini sangat penting," kata Sekjen Kao Kim Hourn pada acara pembukaan ASEAN Think Tanks Summit (ATTS) di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Selasa.

Menurut sekjen, sifat beragam dan dinamis dari tujuan komunitas ASEAN menuntut lebih dari sekadar kerja sama antarlembaga sehingga membutuhkan wawasan kreatif dan strategis dari lembaga pemikir dan lembaga akademis.

Sekjen menyemangati lembaga pemikir untuk menantang pemikiran konvensional dan mendorong batas-batas regionalisme guna menjawab pertanyaan tentang bagaimana ASEAN harus memperbarui strategi dan pendekatannya agar tetap tangguh dan relevan serta bagaimana ASEAN dapat terus menegakkan prinsip-prinsip inti yang telah mendukung keberhasilan selama ini sambil beradaptasi dengan dinamika geopolitik yang terus berubah.

"Saya berharap key outcome dari ATTS perdana hari ini adalah sebuah memorandum yang merinci rekomendasi kebijakan konkret untuk dipertimbangkan pada KTT ASEAN ke-44 dan ke-45 di Vientiane, Laos mendatang," katanya.

Dia menjelaskan bahwa konsep ATTS awalnya diusulkan saat dirinya berdiskusi dengan Chairman of the Singapore Institute of International Affairs (SIIA), Associate Professor Simon Tay, dengan tujuan untuk menciptakan platform bagi pertukaran intelektual dan pengembangan ide kolaboratif yang memungkinkan ASEAN mengatasi tantangan regional yang kompleks dan memajukan upaya integrasi serta pembangunan komunitas regional.

Kolaborasi tersebut menggarisbawahi peran penting SIIA dalam Jaringan ASEAN Institutes of Strategic and International Studies (ASEAN-ISIS), katanya.

Jaringan ASEAN-ISIS adalah sebuah badan terakreditasi ASEAN yang tercantum dalam Annex II Piagam ASEAN. Didirikan pada 1988, jaringan tersebut berfungsi sebagai platform penting bagi lembaga pemikir yang terdaftar di ASEAN untuk terlibat dalam dialog dan diskusi mengenai prioritas regional dan berkontribusi dalam membentuk integrasi dan pembangunan ASEAN serta pembangunan Komunitas ASEAN.

Anggota ASEAN-ISIS mencakup Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Institute of Strategic and International Studies (ISIS) Malaysia, Institute of Strategic and Development Studies (ISDS) Filipina, Institute of Security and International Studies (ISIS) Thailand dan Singapore Institute of International Affairs (SIIA).

Institute of Policy and Strategic Studies (BDIPSS) Brunei Darussalam, Cambodian Institute for Cooperation and Peace (CICP) Kamboja, Institute of Foreign Affairs (IFA) Laos, Myanmar's Institute of Strategic and International Studies (MISIS) dan the Diplomatic Academy of Vietnam (DAV) juga tergabung dengan jaringan tersebut.


Baca juga: Sekjen Kao Kim Hourn secara resmi membuka ASEAN Think Tanks Summit
Baca juga: Prabowo melawat ke 4 negara ASEAN demi perkuat kerja sama di kawasan

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024