Jakarta (ANTARA) - Chairman of Nexticorn Foundation Rudiantara mengungkapkan bahwa fenomena "tech winter" atau periode penurunan investasi di industri teknologi termasuk startup, bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga global.

Bahkan di negara tetangga seperti Vietnam, pendanaan untuk sektor teknologi turun hingga 50 persen pada paruh pertama tahun 2024.

“Bukan hanya Indonesia, tech winter, tadi saya sampaikan di seluruh dunia, di negara tetangga kita yg paling banyak berkompetisi itu Vietnam kan,” kata Rudiantara saat konferensi pers di Kantor Kominfo, Jakarta, Selasa.

Namun, dengan hadirnya 15 unicorn yang ada saat ini dan beberapa startup tahap lanjut seperti Amartha yang juga berpartisipasi dalam program Nexticorn, prospek ke depan masih positif.

Baca juga: "Tech winter" ancam startup berjatuhan, ini pesan wamenkominfo

Mantan Menkominfo Rudiantara menjelaskan perbedaan antara investor saat ini dan masa lalu. Dulu, investor lebih fokus pada pertumbuhan dan seringkali melakukan investasi dengan orientasi cashback, diskon, dan free ongkir.

Sekarang, fokus beralih pada profitabilitas, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) positif, dan cashflow yang berkelanjutan.

Hal tersebut diharapkan dapat memperkuat sektor startup di Indonesia dengan mendorong startup untuk lebih efisien dan berorientasi pada keuntungan.

Baca juga: Hipmi: Perusahaan rintisan perlu masuk ke ekosistem yang tepat

“Perbedaannya sekarang dari sisi investor, dulu itu mereka simpan uang orientasinya pertumbuhan, growth, makanya dulu kan banyak-banyakan. Kalau pakai e-payment ini dapat cashback, terus beli ini dapat discount apa, free ongkir. Sekarang investor ngga bisa lagi begitu, uangnya terbatas. Uangnya ada, tapi tetap investasi,” ungkapnya.

Di sektor investasi, terdapat pergeseran dengan lebih banyak investasi di tahap awal dibandingkan tahap lanjut.

Untuk tahun 2024, investasi di tahap ‘seed’ turun dari Rp494,5 miliar menjadi Rp401,8 miliar.

Baca juga: Sandiaga sebut 'tech winter' telah mengguncang industri teknologi

Sementara, di tahap awal turun dari Rp2,28 triliun menjadi Rp1,74 triliun, dan investasi di tahap lanjut turun signifikan dari Rp10,52 triliun menjadi Rp802,56 miliar.

Meskipun volume investasi di tahap seed dan awal lebih kecil, namun lebih banyak startup yang mendapatkan dukungan di tahap tersebut.

Dengan adanya perubahan orientasi investasi, diharapkan startup yang bertahan dan berhasil akan menjadi lebih tangguh dan mampu beradaptasi dengan kondisi pasar yang lebih ketat.

Baca juga: Menparekraf sebut "tech winter" momen pembuktian resiliensi "startup"

Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan pada tahun 2030, diperkirakan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara akan mencapai Rp15.453 triliun, dengan Indonesia berkontribusi sebesar 36 persen dari total tersebut.

“Pada 2030, diprediksi digital econominya di Asia Tenggara itu 1000 miliar USD, dan kita 36 persennya. Kemungkinan di 2030 ekonomi digital kita sekitar 360 miliar USD,” kata Menkominfo Budi Arie.

Adapun, faktor utama yang bisa memengaruhi pencapaian angka tersebut, menurut Budi adalah digitalisasi yang mendorong kreativitas dan inovasi, khususnya dalam pengembangan startup yang produktif.

Baca juga: Memperkuat startup untuk hadapi "musim dingin"

Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024