Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi menyatakan pemanfaatan potensi besar sumber daya energi terbarukan di Indonesia memerlukan kolaborasi internasional.

Hingga kini, ada sebanyak 3.692 gigawatt (GW) dari seluruh potensi energi terbarukan di Tanah Air dan baru dimanfaatkan sekitar 14 GW atau 0,3 persen dari total keseluruhan sumber yang ada.

“Jadi, kami pikir peluang besar ini memerlukan kolaborasi internasional dan tentu saja, semua pemangku kepentingan harus terlibat dalam program pengembangan,” katanya dalam acara The 3rd Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) di JW Marriot, Jakarta, Selasa.

Beberapa potensi yang dimiliki Indonesia terdiri dari energi matahari sebesar 3.294 GW, energi angin 155 GW, energi air 95 GW, energi laut 63 GW, bioenergi 57 GW, geotermal 23 GW, dan energi panas bumi 25 GW.

Adapun pemanfaatan untuk masing-masing sumber daya tersebut hingga saat ini yaitu energi matahari 675 MW, angin 152 MW, air, 6.697 MW, energi laut 0 MW, bioenergi 3.408 MW, geotermal 2.597 MW, dan panas bumi 250 MW.

“Minggu depan, kita akan mengadakan pertemuan puncak panas bumi. Kami ingin meluncurkan sekitar 7 atau 8 lokasi yang dapat memulai pengeboran proyek panas bumi. Jadi, saya pikir ini akan menjadi peluang yang bagus untuk berbagi terobosan kami dalam proyek panas bumi,” ujar dia.

Selain itu, pihaknya memastikan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir 250 MW akan dimanfaatkan pada tahun 2032. Begitu pula dengan energi hidrogen dan amonia yang akan dimanfaatkan lebih lanjut dalam beberapa tahun ke depan.

“Saya pikir dalam lima tahun ke depan, kami juga akan memperkenalkan ke pasar bagaimana hidrogen dan amonia dapat menjadi bagian dari proyek nol emisi (karbon) kami,” ucap Eniya.

Secara total, pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia membutuhkan 80 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Karena itu, dibutuhkan kolaborasi dengan pihak internasional untuk mendatangkan investasi besar ke Tanah Air.

“Kita membutuhkan kolaborasi dengan pihak internasional. Tentu saja, kita perlu lebih agresif dalam pemanfaatan energi terbarukan," ungkapnya.

Baca juga: Dirjen EBTKE sebut percepatan transisi energi butuh dana besar
Baca juga: Sinergi Indonesia-Afrika untuk memperluas cakupan energi terbarukan
Baca juga: RI bisa capai potensi 3.687 GW energi terbarukan dengan hidrogen hijau

 

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024