"Tabung yang sudah dilebur 60.000 tabung pada 2013, karena setelah diuji tidak laik pakai lagi," kata Kepala Operasi Domestik Gas Region III PT Pertamina Hendra Arief di Depo Plumpang Pertamina, Jakarta, Jumat.
Menurut Hendra, nilai seluruh tabung yang dimusnahkan sekitar Rp3 miliar.
Ia menjelaskan, tabung gas tiga kilogram memang cenderung mudah rusak karena pola penyaluran tabung gas bersubsidi tersebut di pasaran seringkali dilakukan secara sembarangan dan kurang hati-hati.
"Sebagai contoh saja, tabung elpiji tiga kilogram sering dilempar-lempar di pasaran. Itu menyebabkan sering rusak," ujarnya.
Pertamina melakukan pemeriksaan di setiap depo secara berkala, termasuk memeriksa waktu kedaluarsa tabung dan kondisi berbagai komponen tabung seperti katup, karet dan las yang menyatukan pecahan tabung itu.
Tim pemeriksa akan menguji tabung-tabung gas yang sudah kedaluarsa untuk melihat apakah tabung masih bisa digunakan atau sudah rusak parah dan harus dilebur.
Hendra menjelaskan, tabung-tabung itu merupakan aset negara sehingga peleburannya dilakukan sesuai mekanisme yang berlaku, antara lain meliputi penghitungan aset dan permintaan izin.
Untuk mengganti tabung yang dimusnahkan, Pertamina sudah menyediakan stok tabung gas tiga kilogram sebanyak satu juta unit pada 2013. Stok tabung berasal dari pabrik milik Pertamina dan sekitar 20 pabrik milik swasta di berbagai daerah.
Menurut Hendra, perusahaan swasta yang memroduksi tabung gas dipilih melalui proses tender dan tabung gas produksi mereka harus melalui uji Standar Nasional Indonesia dari pemerintah.
"Harga beli dari pabrikan per tabung itu Rp130.000 untuk tiga kg. Sedangkan 12 kg sekitar Rp350.000," ujarnya.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014