Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Uni Emirat Arab (UAE) untuk Indonesia Abdulla Salem AlDhaheri memaparkan pencapaian kecerdasan buatan dan teknologi negara tersebut dalam pidato ilmiah bertajuk “Pengalaman UAE dalam Memajukan Kecerdasan Buatan (AI) dan Teknologi” di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Senin.

“Kami berharap dampak sektor AI dalam ekonomi nasional kami akan terus meningkat, terutama setelah peluncuran Cetak Biru Universal Dubai untuk Kecerdasan Buatan (Dubai Universal Blueprint for Artificial Intelligence),” kata Dubes Al-Dhaheri dalam siaran pers Kedutaan Besar UEA di Jakarta, Selasa.

Laporan tahunan terbaru Indeks Teknologi PBB yang menempatkan UAE sebagai negara Arab terdepan menjadi bukti komitmen UAE untuk tampil sebagai pusat teknologi dan inovasi global.

Keputusan UAE untuk berinvestasi dan menciptakan ekonomi yang dinamis yang didorong pengetahuan serta inovasi telah terbukti penting bagi UAE untuk mengambil langkah signifikan di berbagai bidang di antaranya energi terbarukan, energi nuklir, dan luar angkasa, katanya.

Hanya dalam beberapa tahun, UAE telah berfokus pada penelitian ilmiah sehingga memperkuat posisi global dalam riset dan pengembangan sekaligus menjadi pemimpin di bidang tertentu yang sebelumnya didominasi negara-negara maju, seperti dikutip.

Dubes mengatakan saat ini UAE memiliki sektor ruang angkasa aktif terbesar di Teluk dan Timur Tengah. Setelah Badan Antariksa UAE dibentuk pada 2014, negara tersebut mencatat banyak prestasi termasuk pengiriman misi antarplanet Arab pertama ke Mars yang terdiri dari 200 insinyur UAE.

Di bidang energi, program energi nuklir sipil UAE menjadi landasan Strategi Energi UAE 2050 yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 70 persen, meningkatkan ketergantungan energi bersih hingga 50 persen dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi sekitar 40 persen pada pertengahan abad.

Kemudian pada Februari 2020, Otoritas Federal untuk Regulasi Nuklir menerbitkan lisensi operasi untuk unit pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Barakah.

Di industri penerbangan, UAE telah mengembangkan komponen untuk pesawat terbang modern melalui kemitraan dengan produsen Eropa dan Amerika, selain berhasil membuat pesawat nirawak UAE pertama oleh ADCO Systems dan dilanjutkan oleh Strata dan Dubai Aerospace Industries.

Disebutkan pula bahwa pada Oktober 2017, UAE menjadi negara pertama yang meluncurkan Strategi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) Nasional, hanya beberapa hari setelah Strategi AI diluncurkan Omar Sultan Al Olama yang ditunjuk sebagai Menteri Kecerdasan Buatan pertama di dunia.

Pada Oktober 2019 negara tersebut juga mendirikan Universitas Kecerdasan Buatan Mohamed bin Zayed (MBZUAI). Sebagai universitas pertama di dunia yang mengkhususkan diri dalam penelitian AI, MBZUAI sejalan dengan ambisi UAE untuk mengembangkan ekonomi.

Menurut pernyataan tersebut, pada 2030 AI diperkirakan akan menyumbang 15,7 triliun dolar AS untuk ekonomi global, meningkatkan PDB UAE hingga 35 persen sekaligus menghemat biaya pemerintah hingga 50 persen.

Saat ini UAE memiliki 120.000 pekerja AI dibanding 30.000 pekerja pada dua tahun lalu.


Baca juga: RI dan UAE bahas peluang pembukaan rute penerbangan ke Labuan Bajo
Baca juga: Indonesia dan UAE pererat kemitraan atasi sampah plastik di sungai

 

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024