Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengirim tim khusus ke Irak untuk melakukan verifikasi terhadap jenazah Umar Al Faruk, orang yang diduga terlibat jaringan teroris internasional. "Pemerintah Indonesia yakin, kemungkinan besar 99 persen itu adalah Umar Al Faruk, namun belum ada hitam di atas putih," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Departemen Luar Negeri (Deplu) Imron Cottan kepada wartawan di Jakarta, Rabu. Untuk memperoleh kepastian itu, kata dia, Pemerintah Indonesia mengirimkan tim khusus ke Irak untuk memastikan dan memberi informasi ke keluarga. Saat ditanya mengenai komposisi tim, kapan berangkat dan berapa lama tim tersebut akan bertugas, Imron menolak menjelaskan detilnya. "Sekarang sedang jalan, jika sudah ada hasilnya akan diumumkan," katanya. Oleh karena belum ada konfirmasi resmi maka, lanjut dia, urusan pemulangan jenazah dan yang lainnya belum dapat dikemukakan. Hingga kini Deplu meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, untuk terus mencari informasi lebih detil mengenai peristiwa tersebut mengingat Indonesia tidak lagi memiliki KBRI di Irak. Di tempat terpisah, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar membenarkan bahwa teroris yang dibunuh tentara Inggris di Irak 24 September lalu adalah Umar Al Faruk, tokoh Al Qaeda yang ditangkap di Indonesia tahun 2002. "Iya benar. Kita sudah cek dengan `counterpart` kita," kata Syamsir di kantor Presiden Jakarta, Rabu. Umar Al Faruk ditangkap aparat intelijen dan keamanan Indonesia di Kota Bogor 5 Juli 2002, sebelum publik negeri ini dibuat "terkaget-kaget" karena aparat langsung menyerahkannya ke pihak berwenang Amerika Serikat (AS) kendati dia berkewarganegaraan Indonesia. Tak berapa lama kemudian tersiar kabar bahwa Umar Al Faruk kabur dari penjara "super ketat" yang dijaga tentara AS di Baghram, Afghanistan sejak Juli, namun berita pelariannya itu baru diketahui umum pada November tahun lalu-- sehingga permasalahan Umar Al Faruk tetap penuh dengan misteri. Umar Al Faruk yang ditengarai sebagai tangan kanan Osama Bin Laden hanya salah satu aktor terorisme yang telah lama melatih para calon terorisme baru di berbagai tempat di Asia Tenggara, termasuk di Poso, Sulawesi Tengah. Pria kelahiran Kuwait itu dikabarkan memiliki peranan penting dalam jaringan teroris di Indonesia. Umar pun disebut-sebut memiliki hubungan dengan aktifitas Front Pembebasan Islam Moro, MILF, dan sempat digembleng di Kamp Latihan Al Qaeda di Khaldan Afghanistan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006