Para ilmuwan pada Kamis (1/5) menggambarkan bagaimana burung berukuran sedang itu dengan berani memperdaya binatang lain dengan menirukan tanda bahaya dari sejumlah spesies burung, dan bahkan meerkat.
Burung itu menirukan suara peringatan akan adanya predator yang mendekat supaya korban mereka takut dan pergi sehingga mereka bisa mencuri makanan yang ditinggalkan.
Para peneliti melacak 64 drongo dengan ekor bercabang sepanjang hampir 850 jam di Gurun Kalahari, Afrika Selatan, yang berdekatan dengan perbatasan Botswana untuk mengungkap perilaku unik burung-burung tersebut.
"Mereka seperti burung iblis hitam bermata merah, dengan paruh berkait dan ekor bercabang," kata ahli evolusi biologi Tom Flower dari University of Cape Town di Afrika Selatan.
"Mereka juga sangat agresif dan terkenal suka menyerang elang dan rajawali, yang tampaknya sama sekali tidak mereka takuti," kata Flower, yang hasil studinya dipublikasikan dalam jurnal Science.
Burung-burung yang umum ditemui di selatan Afrika ini biasanya mencari makanan dengan cara jujur seperti menangkap serangga di udara menggunakan keahlian luar biasa mereka.
Namun di lain waktu, seperti pagi yang dingin ketika hanya ada sedikit serangga terbang di sekitar mereka, burung-burung drongo berbalik ke "dunia kejahatan."
Peringatan palsu
Burung drongo bisa menirukan suara banyak spesies berbeda yang tinggal di lingkungan gurun termasuk burung, termasuk kicauan burung jalak dan manyar, nyanyian alap-alap dan suara mamalia seperti meekat.
Drongo menggunakan tipuan rumit. Mereka menyampaikan tanda peringatan asli mereka ketika melihat pemangsa mendekat-- intinya menunjukkan perilaku sebagai penjaga-- dan binatang yang lain mempercayai itu sebagai sinyal bahaya.
Namun kadang burung-burung itu memberikan tanda peringatan ini saat tidak ada ancaman bahaya untuk menipu binatang lain supaya mereka meninggalkan makanan mereka. Lalu para drongo menyambar makan siang gratis mereka.
"Semua binatang di Kalahari saling menguping peringatan tanda bahaya, yang menyediakan informasi tak ternilai tentang potensi predator. Ini merupakan bagian dari jalur informasi besar tempat semua binatang saling berbicara menggunakan bahasa masing-masing," kata Flower seperti dilansir kantor berita Reuters.
"Karena para drongo kadang memberikan informasi predator yang handal, dia membuat binatang-binatang lain tanggap karena mereka tidak pernah tahu drongo berbohong atau tidak," tambah peneliti yang lain, Amanda Ridley, ahli evolusi biologi dari University of Western Australia.
Para ilmuwan menyadari bahwa kadang binatang yang lain bersikap "bijaksana" kepada si penipu dan mengabaikan peringatan bahaya palsu mereka.
Tapi drongo yang licik kemudian menggasak makanan mereka dengan cara yang lain - mereka menirukan tanda peringatan binatang lain, sekali lagi menipu mereka untuk membuat mereka terbang meninggalkan makanan mereka.
Flower mengamati drongo menirukan lebih dari 50 suara peringatan tanda bahaya.
Ketika mencuri makanan dari binatang yang lain, para drongo bisa memakan mangsa yang lebih besar dibandingkan yang normalnya bisa mereka tangkap sendiri seperti kalajengking, larva kumbang dan tokek.
Ia mengatakan, mangsa curian itu mencakup sekitar seperempat dari seluruh makanan yang dimakan oleh drongo.
"Satu bisa berpendapat bahwa strategi drongo mencuri makan dari binatang yang lain terlihat sangat tidak terhormat dalam standar manusia. Tapi, ya, jika dia bisa menggunakan cara cerdik untuk mendapat makanan, yang biasanya lebih besar dari yang biasa mereka dapat, kita tidak dapat tidak mengagumi kepandaian adaptasi burung kecil ini," kata Ridley.
Para peneliti mengklasifikasikan drongo sebagai "kleptoparasite."
Ada banyak contoh kemampuan meniru dan menipu di kerajaan binatang. Sekitar 20 persen burung berkicau menirukan kicauan burung yang lain, kata Flower.
"Namun demikian drongo satu-satunya yang bisa sinyal spesifik yang paling bisa menipu korban yang berbeda dan meneruskan tipuan mereka dengan mengubah sinyal jika sinyal sebelumnya gagal," katanya.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014