Untuk mengusulkan Indigenous Geographies (IG), kami harus melengkapi dengan berbagai data dan informasi

Mataram (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan kajian dan riset terhadap karakteristik varietas lokal Kurma Datu yang tumbuh dengan sistem tumpang sari di Kabupaten Lombok Utara.

Kepala BRIDA NTB Lalu Suryadi mengatakan pihaknya mengupayakan agar varietas kurma dari daerah itu terdaftar sebagai sumber daya genetik lokal pada Kementerian Pertanian (Kementan).

"Untuk mengusulkan Indigenous Geographies (IG), kami harus melengkapi dengan berbagai data dan informasi," ujarnya di Mataram, Selasa.

Berbagai data dan informasi yang perlu dilengkapi itu meliputi ketinggian lokasi penanaman, jenis tanah, kondisi suhu dan cuaca, sistem perakaran, bentuk bunga, hingga cita rasa buah kurma.

Baca juga: Butir-butir kurma dari Lombok Utara

Suryadi menuturkan penelitian terhadap sistem tumpang sari dan pendaftaran varietas lokal bertujuan mendukung komersialisasi komoditas unggulan di NTB.

"Kami melakukan kajian sampai akhir tahun ini karena proses pengumpulan data juga dilakukan hingga ke Pulau Sumbawa," ucapnya.

Selama satu dasawarsa kelompok petani kurma yang tergabung dalam Yayasan Ukhwah Datu telah menanam berbagai jenis kurma seperti Ajwa, Sukasari, maupun Tunisia.

Ribuan batang kurma yang tumbuh pada lahan seluas 10 hektare di Lombok Utara berbuah saat berumur enam tahun dengan produksi sebanyak 15 kilogram per tandan atau total 150 kilogram per batang.

Pada Oktober 2023 buah kurma hasil budi daya itu dibawa ke Abu Dhabi mengikuti ajang Khalifa International Date Palm Award and Agricultural Innovation. Varietas Kurma Datu dari Lombok Utara mendapatkan peringkat tujuh dalam pameran kurma internasional tersebut.

Baca juga: Kurma Lombok Utara ikuti pameran kurma internasional di Abu Dhabi

Kurma Lombok Utara kembali mendapatkan undangan dari Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) untuk mengikuti ajang Khalifa International Date Palm Award and Agricultural Innovation yang akan berlangsung di Abu Dhabi International Exhibition Centre (ADNEC) pada 26 sampai 28 November 2024 mendatang.

Suryadi memandang popularitas Kurma Datu yang semakin dikenal luas oleh masyarakat tak hanya nasional tetapi juga internasional berpeluang membawa risiko terkait ancaman pencurian sumber daya genetik lokal.

Kasus pencurian sumber daya genetik lokal sudah beberapa kali terjadi di Indonesia, sehingga kajian dan riset yang sekarang sedang dilakukan oleh BRIDA bersama BRIN, Bappeda Lombok Utara, dan Universitas Mataram, diharapkan bisa mencegah hal serupa terjadi pada varietas Kurma Datu yang tumbuh di Lombok Utara.

"Bila pengumpulan data sudah selesai, maka awal tahun depan sudah bisa dilakukan pendaftaran varietas lokal," kata Suryadi.

Baca juga: BPS: Impor kurma terbesar Indonesia berasal dari Tunisia bukan Israel

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024