Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau masyarakat Aceh untuk tidak lagi menyerang atau menyerbu kantor Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh dan Nias di kota Banda Aceh, karena jika hal itu terjadi kembali maka kejadian itu dapat merusak citra Indonesia, terutama di luar negeri.
"Presiden minta agar tidak terjadi lagi," kata Ketua BRR Kuntoro Mangkusubroto kepada pers usai menemui Kepala Negara di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu, untuk melaporkan pelaksanaan tugas badan ini.
Sejumlah warga baru-baru ini "menyerang" kantor BRR di Banda Aceh karena merasa tidak puas terhadap kinerja BRR serta para pegawainya yang menurut para pengunjuk rasa telah dibayar mahal.
Namun Kuntoro membantah kantornya diserbu, dan ia lebih suka menggunakan istilah "diblokade" sehingga para karyawannya tidak bisa keluar kantor.
Ketika mengutip ucapan Presiden, Kuntoro menyebutkan jika tindakan penyerbuan itu dilakukan, maka bisa timbul kesan terutama di luar negeri bahwa siapa pun juga bisa melakukan tindakan apa pun juga untuk mewujudkan keinginan mereka.
Kuntoro kemudian mengatakan para pengunjuk rasa itu sebenarnya menginginkan pembagian rumah secepatnya dan merata serta pembagian modal usaha.
Karena itu, Kuntoro melaporkan kepada Yudhoyono bahwa sekalipun sudah banyak rumah yang dibangun serta akan selesai pembangunannya, tetapi pembuatan surat-surat tanah ternyata tidak bisa selesai dengan cepat.
Setelah mendengar laporan mengenai kelambanan pembuatan surat tanah, Kepala Negara langsung menghubungi pimpinan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk mengetahui masalahnya.
Sementara itu, ketika ditanya tentang kemungkinan kasus korupsi di lingkungan BRR, Kuntoro mengatakan KPK telah mengirimkan timnya ke berbagai daerah di Aceh dan Nias untuk mengetahui kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006