Athena (ANTARA) - Masa depan Jalur Gaza yang sedang terkepung menjadi perhatian seluruh Timur Tengah, kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Senin (9/9).

Mengenai kehancuran yang disebabkan serangan Israel yang terus berlangsung di wilayah yang terkepung tersebut, Borrell mengatakan kepada wartawan di sisi Mesir dari Penyeberangan Rafah menuju Gaza: "Kita harus menghindari ... Gaza menjadi Mogadishu baru, Mogadishu di Mediterania, atau Haiti baru, tanpa hukum dan ketertiban, dibiarkan pada geng-geng, pada kekerasan orang-orang."

Keamanan dan stabilitas seluruh kawasan, termasuk Israel, menjadi taruhannya, tambahnya.

Oleh karena itu, Borrell menekankan, pemerintah Palestina harus selalu didukung untuk memulihkan hukum dan ketertiban di Gaza.

Mengenai krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza, Borrell menegaskan bahwa hanya sebagian kecil warga Gaza yang bisa memperoleh bantuan yang diperlukan karena penyeberangan masih ditutup akibat blokade Israel.

"Hari ini, 1.400 truk menunggu untuk masuk. Pada hari yang baik, mungkin hanya 50 truk yang masuk. Saat bulan suci Ramadan, ada 600 truk per hari. Ini hanya setetes air di lautan kebutuhan di sisi lain (penyeberangan)," kata Borrell.

Dalam konteks ini, dia mengulangi seruannya untuk membuka kembali penyeberangan agar kondisi di Gaza bisa membaik.

"Saya tidak tahu mengapa belum ada gencatan senjata," tegasnya. Borrell juga menekankan bahwa gencatan senjata sangat mendesak segera dilakukan, agar langkah-langkah lebih lanjut bisa diambil terkait Gaza, termasuk penempatan staf oleh Uni Eropa dan pihak-pihak terkait lainnya.

Mengenai upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata, dia mengatakan: "Kami bisa memberikan tekanan politik dan diplomatik pada otoritas Israel, tetapi kapasitas kami terbatas. Kami melakukan yang kami bisa. AS juga melakukan yang dia bisa, tetapi ada sesuatu yang salah di sini. Saya tidak mengerti mengapa gencatan senjata belum juga tercapai. Seseorang menunda-nunda."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah banyak dituduh, termasuk oleh banyak orang di Israel, sengaja menahan kesepakatan karena dia melihat perang yang sedang berlangsung sebagai hal yang penting untuk kelangsungan hidup politiknya.

Sebelumnya pada Senin, Borrell diterima oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Kairo.

Mengumumkan bahwa dia dan al-Sisi membahas perang yang sedang berlangsung di Gaza dan pentingnya mencegah eskalasi lebih lanjut, Borrell mengatakan di X: "Uni Eropa dan Mesir adalah mitra strategis di semua tingkatan, dari pembangunan ekonomi hingga mencapai perdamaian di seluruh kawasan."

Meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel tetap melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang sejauh ini telah menewaskan hampir 41.000 warga Palestina, menyusul serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu.

Blokade yang terus berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, meninggalkan sebagian besar wilayah dalam kehancuran.

Israel dalam persidangan Mahkamah Internasional menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza 

Sumber: Anadolu-OANA

Baca juga: Borell : Perang Gaza meluas ke Yerusalem, Tepi Barat dan Lebanon
Baca juga: Diplomat sebut Uni Eropa pendukung utama Otoritas Palestina
Baca juga: Uni Eropa serukan sanksi terhadap pejabat keamanan Israel

Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024