Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah Pejabat Eselon I dan II Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengikuti Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI). UKBI diselenggarakan untuk menguji kemampuan seseorang berkomunikasi lisan dan tulis dalam bahasa Indonesia, kata Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono di sela-sela pelaksanaan UKBI di jakarta hari Rabu. "Tes uji kemampuan berbahasa Indonesia (UKBI) akan dilakukan ke pejabat di instansi lain," katanya. Para pejabat eselon II Depdiknas mendapat instruksi dari Sekretaris Jenderal untuk memberikan contoh kepada masyarakat. UKBI nantinya akan diberlakukan kepada seluruh pejabat sipil. "Bukti kalau pemimpin juga bersedia mengikuti tes berbahasa," katanya. Namun untuk tes ini, mereka hanya diuji untuk tiga sesi. Bukan lima sesi seperti layaknya uji yang lain. Yaitu kemampuan mendengar, persepsi kaidah bahasa tulis ejaan, dan pemahaman terhadap teks bacaan. Sementara dua yang lain, menulis esai dan presentasi tidak dilakukan, katanya. Berbeda dari tes Toefl yang menggunakan kertas tulis, uji kemampuan bahasa Indonesia ini menggunakan "computer laptop" sebagai media ujian. Menurut Dendy, pemanfaat teknologi ini dilakukan untuk memberikan hasil yang maksimal, yakni lebih berkonsentrasi karena menggunakan "headphone" (alat dengar) dan kecurangan bisa diminamlisir. Tetapi untuk mengantisipasi kurangnya fasilitas komputer, Dendy menawarkan alternatif menggunakan cara yang konvensional, yaitu kertas ujian biasa. Namun ia mengatakan akan meminimalisir penggunaan kertas untuk mengajarkan masyarakat terhadap teknologi. Tes ini juga bisa diikuti pejabat lain di luar negeri karena Pusat Bahasa Depdiknas telah menyediakan perangkat lunak yang bisa dikirim melalui internet bila diminta oleh kedutaan atau instansi Indonesia yang berada di luar negeri. Dendy Sugondo mengatakan UKBI merupakan tes untuk mengukur mutu penggunaan bahasa Indonesia. UKBI merupakan tes berbahasa Indonesia yang berstandar nasional dan berpeluang internasional.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006