Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia Dr. dr. Inge Permadhi, SpGK (K) mengimbau agar sekolah turut memberikan edukasi makanan sehat untuk mencegah risiko terjadinya obesitas pada anak-anak.

"Di sekolah itu gurunya harus mengajarkan kepada muridnya tentang makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Karena anak sekarang pintar-pintar, mereka yang nanti dapat menjadi jembatan edukasi kepada orang tuanya," kata Inge ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Inge menyampaikan bahwa edukasi terhadap orang tua dan sekolah harus diterapkan bersama-sama.

Sekolah diimbau untuk memberikan edukasi tentang makanan sehat serta aktivitas fisik yang cukup sehingga energi yang dimiliki anak-anak dapat disalurkan secara optimal.

Baca juga: Dokter: Anak sehat lebih baik tidak konsumsi makanan olahan ultra

Baca juga: Negara-negara di Eropa Selatan cari cara kurangi obesitas pada anak


Dari sisi orang tua, ia menekankan pentingnya pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman dengan gizi seimbang serta turut mendampingi anak-anak dalam beraktivitas fisik seperti olahraga bersama yang disukai keluarga.

Orang tua diharapkan untuk mengerti kandungan gizi dari makanan atau minuman yang dikonsumsi anak-anak.

Selain itu, orang tua juga harus mengerti terhadap kondisi anak gemuk, gemuk disebabkan karena berlebihnya tumpukan lemak dan bukan karena otot.

Anak gemuk karena kelebihan lemak, maka orang tua dapat mengurangi asupan dari makanan dan minuman yang tinggi karbohidrat simpleks (sederhana) dan juga dari asupan lemak yang berlebihan.

Menurut dia, dapat dimulai dengan meningkatkan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti buah dan sayur. Sedangkan makanan yang tinggi lemak seperti makanan berlemak atau makanan yang digoreng, perlu dihindari.

"Makanan dan minuman manis dapat meningkatkan jumlah kalori yang diasup oleh anak. Jangan lupa untuk mengurangi segala sesuatu yang ditambahkan dalam makanan atau minuman sehingga membuatnya menjadi manis," ujarnya.

Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia itu menegaskan, konsumsi makanan minuman manis secara berlebihan terutama pada anak-anak dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik seperti diabetes melitus, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, asam urat meningkat, hipertensi dan gangguan kesehatan lain.

Ia menambahkan, edukasi sebaiknya berpedoman pada makan sehat dengan zat gizi seimbang sesuai arahan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), di mana dalam satu porsi makanan sebaiknya terdiri makanan pokok, lauk pauk (hewani dan nabati), sayur dan buah sehingga didapatkan komposisi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta air yang tepat untuk kebutuhan tubuh.

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, disebutkan satu dan tiga masyarakat di Indonesia mengalami obesitas. Selain itu, satu dari lima anak-anak di Indonesia mengalami kelebihan berat badan.

Persentase obesitas juga terus meningkat dalam satu dekade terakhir, yakni dari 8 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018.

Kemenkes telah menyatakan bahwa obesitas membahayakan masa depan anak.

Obesitas pada anak-anak ditengarai akibat konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori yang berasal dari asupan gula simpleks dan lemak yang berlebihan disertai olahraga yang kurang.

Baca juga: Dokter ungkap ciri-ciri anak menderita obesitas

Baca juga: Obesitas awal pada anak mengurangi setengah harapan hidup

Baca juga: Ini dampak buruk konsumsi gula berlebihan pada bayi

 

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024