Beijing (ANTARA) - Bagi Yang Xiaodong, pengalamannya selama 15 bulan menyediakan layanan medis di pulau tropis Afrika, Zanzibar, merupakan pengalaman yang tak terlupakan sekaligus bermakna.

Yang, seorang ahli bedah dari Provinsi Jiangsu, China timur, memimpin tim medis China batch ke-29 yang dikirim ke Zanzibar di Tanzania, Afrika timur, dari Juli 2019 hingga Oktober 2020.

"Keterbatasan sumber daya medis di Afrika menjadi tantangan tersendiri bagi anggota tim medis China, tetapi misi kami untuk mengobati pasien terus mendorong kami untuk melakukan yang terbaik dalam meringankan penderitaan masyarakat setempat," ujar Yang sebagaimana diwartakan Xinhua pada Selasa.

Selama masa pelayanannya di Zanzibar, Yang pernah menyelamatkan nyawa seorang pemuda setempat yang mengalami cedera serius akibat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor.

"Pemuda tersebut meminta bantuan kami setelah dokter setempat tidak dapat mengobati cedera organ hati serius yang dideritanya," kata Yang, seraya menambahkan bahwa pemuda tersebut berhasil diselamatkan setelah menjalani prosedur tamponade hati dan penjahitan luka.

"Saat tim medis kami bersiap untuk meninggalkan Zanzibar, pemuda itu datang khusus untuk menemui kami dan menyampaikan rasa terima kasihnya sekali lagi kepada kami," kata Yang.

Yang merupakan salah satu dari ribuan dokter China yang menyediakan perawatan medis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di seluruh Afrika, terutama mereka yang berada di daerah-daerah terpencil.

Pada 1963, China mengirimkan tim medis pertamanya ke Aljazair. Sejak saat itu, tim dokter China dikirim dalam beberapa batch ke Afrika untuk memberikan pelayanan di seluruh benua itu, menyediakan bantuan medis dan layanan penting kepada masyarakat setempat.

"Di Afrika, saya benar-benar menghargai nilai yang lebih dalam dari menjadi seorang dokter," kata Wu Minxian, seorang dokter dari Provinsi Henan, China. Dia telah memberikan bantuan medis di Afrika selama 11 tahun, dan menghabiskan masa pelayanannya di Eritrea, Zambia, dan Ethiopia.

Sejauh ini, China telah mengirimkan sekitar 25.000 anggota tim medis ke 48 negara Afrika, merawat sekitar 230 juta pasien, serta memenangkan hati masyarakat Afrika dengan penuh dedikasi.

"Tim medis China telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Zanzibar," ujar Nassor Ahmed Mazrui, Menteri Kesehatan Zanzibar, yang memuji para dokter China sebagai "malaikat sejati berpakaian putih."

Gezahegn Tilahun, yang berasal dari Ethiopia, tidak akan pernah melupakan bagaimana dia diselamatkan oleh anggota tim medis China setelah menderita "penyakit misterius" selama lebih dari dua tahun.

Penyakit itu menyebabkan berat badannya turun 21 kg dan kulit serta matanya menjadi pucat. Namun, empat kali kunjungan ke rumah sakit tidak berhasil mengidentifikasi sumber rasa sakitnya.

Tilahun akhirnya dirawat di Rumah Sakit Khusus Komprehensif Angkatan Bersenjata Ethiopia, tempat tim medis China menyediakan layanan. Di sana, dia didiagnosis menderita tumor pankreas.

Meskipun pihak rumah sakit tidak memiliki pengalaman dalam operasi semacam itu, para dokter China berkolaborasi dengan dokter setempat untuk melakukan operasi penyelamatan nyawa selama 8 jam pada Tilahun, dan mendapatkan pengakuan dari rekan-rekan mereka di Ethiopia.

"Rasa terima kasih saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Para dokter telah memberikan saya kehidupan yang baru," tutur Tilahun.

Meskipun ada banyak tantangan, para dokter China terus berusaha menyelamatkan nyawa, mengobati penyakit, dan memupuk niat baik di seluruh Afrika.

Pada Maret tahun ini, Wakil Presiden Zimbabwe Constantino Chiwenga memuji tim medis China batch ke-20 yang dikirim ke negara tersebut karena telah memberikan layanan kesehatan yang efisien dan efektif kepada masyarakat setempat, serta mengakui tingkat dan keragaman keahlian mereka.

"Datang untuk melayani di Zimbabwe membutuhkan banyak pengorbanan, termasuk meninggalkan keluarga dan teman-teman Anda selama satu tahun penuh. Kami menghargai komitmen Anda yang tak tergoyahkan untuk menyelamatkan umat manusia," kata Chiwenga dalam pidatonya di sebuah acara perpisahan untuk melepas para anggota tim yang akan kembali ke China.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024