Jakarta (ANTARA) -
Jalan cepat dan lari adalah jenis olahraga yang sering dilakukan oleh banyak orang untuk menjaga kebugaran tubuh. Olahraga ini juga termasuk mudah dan praktis untuk dilakukan.
 
Jalan cepat dan lari sering dianggap mirip karena keduanya sama-sama melibatkan gerakan kaki dan tubuh yang cepat. Namun, meski sekilas tampak mirip, jalan cepat dan lari memiliki perbedaan, seperti gerakan, teknik, kecepatan, hingga efek terhadap tubuh.
 
Dengan memahami perbedaan-perbedaan ini, Anda dapat memilih jenis olahraga yang paling sesuai dengan tujuan dan kondisi fisik, baik itu untuk menurunkan berat badan, meningkatkan stamina, atau meningkatkan kekuatan fisik.
 
Perbedaan jalan cepat dan lari
 
1. Gerakan
Pada gerakan jalan cepat yakni melangkahkan kaki dengan telapak kaki yang seluruhnya menapak ke tanah, tumpuannya berada pada ujung kaki hingga tumit dengan posisi tubuh yang tegak. Biasanya gerakan jalan cepat terkesan santai dan tidak mengejar kecepatan.
 
Sedangkan gerakan lari yakni melangkah kaki dengan telapak kaki yang seluruhnya tidak menapak ke tanah, tumpuannya hanya berada pada ujung kaki atau seperti melayang dan posisi tubuh yang condong ke depan. Gerakan lari terkesan lebih cepat dan mengejar kecepatan.
 
2. Teknik
Saat melakukan jalan cepat, ketika kaki depan menyentuh tanah, kaki lainnya tetap diluruskan. Selama jalan cepat, kaki tidak diangkat terlalu tinggi. Teknik ini memerlukan gerakan tubuh yang seimbang dan ritme kecepatan yang konsisten.
 
Sedangkan, saat melakukan lari, ketika satu kaki mendorong tubuh ke depan, kaki lainnya terangkat melayang sebelum menyentuh tanah kembali. Teknik lari lebih menekankan pada dorongan kuat dari kaki, sehingga kecepatan yang dimiliki lebih tinggi dibandingkan dengan jalan cepat.
 
3. Kecepatan
Kecepatan dalam melakukan jalan cepat dan lari juga memiliki perbedaan. Jalan cepat umumnya dilakukan dengan kecepatan yang lebih rendah dibandingkan lari.
 
Rata-rata kecepatan jalan cepat umumnya sekitar 5-8 km/jam dengan jarak 10-20 kilometer.
 
Sedangkan kecepatan lari, dapat dilakukan dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, mulai dari 10-13 km/jam atau lebih untuk atlet pelari dengan jarak 60-10.000 meter.
 
4. Efek terhadap tubuh
Dengan gerakan dan teknik yang berbeda, tentunya efek terhadap tubuh yang dirasakan juga berbeda.
 
Saat melakukan lari, lebih banyak membutuhkan energi dibandingkan jalan cepat. Misalnya, setelah jalan cepat jumlah kalori dapat terbakar sebanyak 300 kalori, sedangkan setelah berlari jumlah kalori yang dapat terbakar dua kali lipatnya atau lebih, tergantung kecepatan dan jarak yang ditempuh.
 
Selain itu, gerakan jalan cepat jarang menimbulkan tekanan berat pada sendi-sendi tubuh, terutama pada lutut dan pergelangan kaki. Namun, risiko yang umumnya mungkin terjadi seperti peradangan otot tendon atau nyeri.
 
Sehingga, jalan cepat sering direkomendasikan bagi yang ingin aktif tanpa memerlukan pergerakan sendi yang terlalu banyak, seperti lansia atau seseorang yang sedang dalam masa pemulihan dari cedera.
 
Sedangkan gerakan lari memiliki risiko yang lebih tinggi, meskipun memberikan banyak manfaat seperti meningkatkan kebugaran tubuh dan membakar kalori lebih cepat.

Lari dapat menimbulkan risiko cedera tubuh atau sendi, jika dilakukan tanpa persiapan yang cukup atau dilakukan dengan teknik yang salah. Risiko yang umum dialami seperti keseleo, lecet, terkilir, kram, atau memar.

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024