Intinya memberikan kepastian kepada pelaku usaha bahwa barang mereka akan masuk ke Indonesia dan itu barangnya sudah bebas dari hama penyakit
Jakarta (ANTARA) - ​​​​​​Badan Karantina Indonesia (Barantin) mampu menghemat anggaran belanja negara hingga senilai Rp5,54 miliar per tahun melalui sistem layanan Barantin Electronic System for Transaction and Utility Service Technology (Best Trust).

Kepala Barantin Sahat M. Panggabean saat konferensi pers di Jakarta Senin, mengatakan bahwa sistem layanan karantina "Best Trust" dibuat untuk mengintegrasikan seluruh permohonan syarat administrasi layanan karantina - kepabeanan, penerbitan sertifikasi kesehatan hewan ikan tumbuhan komoditas ekspor-impor sekaligus memudahkan pemantauan pergerakannya.

Adapun bermacam prosedural tersebut sebelumnya dilakukan secara manual dan dengan sistem terpisah di bawah beberapa kementerian/lembaga terkait di antaranya seperti Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perdagangan.

Ia menyebutkan, setelah semua prosedur sudah terintegrasi melalui sistem yang dibuat oleh Barantin, maka negara tidak hanya bisa mengefisiensikan biaya operasional itu dari sebelumnya mencapai Rp6,3 miliar per tahun dan layanan juga bisa cepat hanya butuh 24 jam.

"Intinya memberikan kepastian kepada pelaku usaha bahwa barang mereka akan masuk ke Indonesia dan itu barangnya sudah bebas dari hama penyakit. Sehingga begitu sampai di pelabuhan atau di border, badan karantina hanya memeriksa saja dengan lebih mudah. Jadi tidak perlu lagi diperiksa terlalu lama karena kita sudah dapat data dari sana -Best Trust- dari negara asalnya barang," katanya.

Sahat menilai, inovasi dari Barantin ini sebagai langkah maju dalam pelayanan publik yang sejalan dengan core value BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).

Pihaknya optimistis sistem tersebut juga memberi tren positif Indonesia pada kancah global dalam layanan karantina pelabuhan di 32 pelabuhan dan bandara di enam bandara di seluruh Indonesia.

Sebagaimana hasil survei lembaga independen dari Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) capaian penataan logistik di enam bandara hingga Juni 2024 pada proses bisnis dengan efisiensi mencapai 50 persen, dan bahkan mengurangi penggunaan dokumen fisik sebesar 75 persen.

Adapun lokus survei oleh Prospera di enam bandara, yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Banten), Kualanamu (Medan), Juanda (Jawa Timur), Hasanuddin (Makassar), Ngurah Rai (Bali), dan Sepinggan (Balikpapan).

"Juga dalam hal ini ditegaskan, semua akuntabel dan tidak ada perbedaan dalam tindakan karantina untuk media pembawa yang sama di Indonesia mulai dari Sabang hingga Merauke," ujarnya.

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024